Liputan6.com, Washington D.C.: Kesempatan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush menyerang Irak kian terbuka. Sebab, Kongres yang selama ini menjadi penghalang rencana Bush itu, telah menyetujui. Persetujuan tersebut diputuskan berdasarkan voting dalam Sidang Kongres di Washington D.C., Kamis (9/10) malam waktu setempat. Hasilnya, 296 suara menyatakan setuju dan 133 menentang. Resolusi mensahkan rencana serangan Bush ini akan dilimpahkan kepada Senat, paling lambat hari ini.
Pernyataan setuju disampaikan Ketua Kubu Partai Republik Dick Armey dan Ketua Kubu Partai Demokrat Dick Gephardt. Sedangkan pernyataan menolak disampaikan anggota Dewan Pimpinan Kongres Nancy Pelosi. Dia menyatakan prihatin karena tindakan sepihak terhadap Irak itu justru akan menggagalkan perang melawan terorisme.
Sementara anggota dari negara bagian Ohio yang mewakili Partai Republik Dennis Kucinich mengimbau Presiden Bush untuk lebih memusatkan perhatian pada masalah dalam negeri, termasuk soal perekonomian yang memburuk.
Presiden Bush langsung memberikan sambutan menyusul keputusan Kongres tersebut. Intinya, AS akan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengeluarkan resolusi baru mengenai Irak. Bush menandaskan, serangan ke Irak adalah pilihan terakhir. Dia bersumpah akan melepaskan armada perang ke Baghdad, jika Irak menolak menyerahkan senjata pemusnah massalnya [baca: George Bush: Serangan ke Irak Pilihan Terakhir].
Dari Teluk Arab dilaporkan, sekitar 2.000 personel Angkatan Laut AS dari Kapal Induk USS Denver melanjutkan latihan dengan pasukan Kuwait. Sedangkan tim khusus mereka terus menyelidiki insiden ledakan di atas kapal yang mengakibatkan seorang anggota marinir AS tewas dan empat lainnya luka-luka. Tim penyidik menduga ledakan itu dilakukan kelompok muslim Afghanistan. Ini berbeda dengan hasil yang diperoleh Kuwait. Sebab, Kuwait justru telah berhasil mengidentifikasi dua penyerang anggota marinir AS di Pulau Failaka itu. Mereka meyakini Anas Ahmad Ibrahim Abdul Rahim Alkandari dan Jasseem Hamad Mubarak Salem Alhajri sebagai pelaku [baca: Identitas Penyerang Marinir AS Diketahui].(DEN/Nlg)
Pernyataan setuju disampaikan Ketua Kubu Partai Republik Dick Armey dan Ketua Kubu Partai Demokrat Dick Gephardt. Sedangkan pernyataan menolak disampaikan anggota Dewan Pimpinan Kongres Nancy Pelosi. Dia menyatakan prihatin karena tindakan sepihak terhadap Irak itu justru akan menggagalkan perang melawan terorisme.
Sementara anggota dari negara bagian Ohio yang mewakili Partai Republik Dennis Kucinich mengimbau Presiden Bush untuk lebih memusatkan perhatian pada masalah dalam negeri, termasuk soal perekonomian yang memburuk.
Presiden Bush langsung memberikan sambutan menyusul keputusan Kongres tersebut. Intinya, AS akan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengeluarkan resolusi baru mengenai Irak. Bush menandaskan, serangan ke Irak adalah pilihan terakhir. Dia bersumpah akan melepaskan armada perang ke Baghdad, jika Irak menolak menyerahkan senjata pemusnah massalnya [baca: George Bush: Serangan ke Irak Pilihan Terakhir].
Dari Teluk Arab dilaporkan, sekitar 2.000 personel Angkatan Laut AS dari Kapal Induk USS Denver melanjutkan latihan dengan pasukan Kuwait. Sedangkan tim khusus mereka terus menyelidiki insiden ledakan di atas kapal yang mengakibatkan seorang anggota marinir AS tewas dan empat lainnya luka-luka. Tim penyidik menduga ledakan itu dilakukan kelompok muslim Afghanistan. Ini berbeda dengan hasil yang diperoleh Kuwait. Sebab, Kuwait justru telah berhasil mengidentifikasi dua penyerang anggota marinir AS di Pulau Failaka itu. Mereka meyakini Anas Ahmad Ibrahim Abdul Rahim Alkandari dan Jasseem Hamad Mubarak Salem Alhajri sebagai pelaku [baca: Identitas Penyerang Marinir AS Diketahui].(DEN/Nlg)