Sukses

Hambali Tersangka Bom Bali

Polisi menduga Hambali terlibat dalam kasus peledakan di Bali. Pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 1966, ini sudah lama menjadi target pencarian polisi.

Liputan6.com, Jakarta: Nama Hambali disebut-sebut polisi berkaitan dalam kasus peledakan di Bali. Menurut Kepala Bagian Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Saleh Saaf ada kemungkinan Hambali terlibat dalam kasus tersebut. Apalagi, ia juga terlibat dalam pengeboman di sejumlah daerah di Indonesia. "Dia adalah tersangka, the most wanted, yang dicari oleh kita dan negara lain," kata Saleh Saaf di Gedung Interpol, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (23/10).

Menurut Saleh Saaf, Hambali adalah pelaku peledakan yang buron sejak tahun 2000. Polisi mengakui bahwa gerak pria yang disebut-sebut sebagai tokoh Jamaah Islamiyah ini sangat lincah, sehingga sulit dijamah. Itulah sebabnya, polisi bertekad menjadikan Hambali sebagai tersangka peledakan di Bali [baca: Menapak Jejak Teror di Bali].

Saleh Saaf yakin bahwa Hambali kenal dengan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba`asyir. Keyakinan ini berdasarkan pemeriksaan sejumlah saksi di Malaysia, Singapura, dan Filipina. Di antara saksi yang diperiksa polisi terungkap bahwa Hambali memang saling kenal dengan Ba`asyir. Intelijen asing menuding Hambali sebagai seorang pemimpin Jamaah Islamiyah, di samping Ba’asyir [baca: Ustad Wahyuddin: Hambali Bukan Santri Ngruki].

Ketika ditemui SCTV di rumahnya di Desa Sukamanah, Kecamatan Karang Tengah, Cianjur, ibunda Hambali, Eni Mariani, tak percaya dengan tudingan polisi. Ia tak yakin anaknya terlibat dalam jaringan teroris internasional. Sebab, sejak kecil putranya dikenal sebagai lelaki pendiam yang taat beragama.

Menurut Eni, nama anaknya sebenarnya bukan Hambali atau Ridwan Isamuddin, seperti yang disebut selama ini. Nama anaknya itu adalah Encep Nurjaman. Encep adalah anak tertua dari 12 bersaudara yang lahir di Desa Sukamanah, 1966. Namun, saat Encep berusia 20 tahun, ia sudah meninggalkan Sukamanah untuk pergi ke Malaysia. Saat itu Encep yang baru menamatkan sekolah menengah umum mengaku ingin berjualan batik di Negeri Jiran.

Bibinya Encep, Entin mengungkapkan, pada mulanya ia masih sempat mengirim kabar kepada ibunya di Sukamanah. Bahkan, sesekali Encep pulang ke kampung halamannya. Namun, setelah itu tak ada lagi kabar dari Encep. Bahkan, ada anggota keluarganya yang menyangka Encep sudah meninggal dunia. Lantaran itulah, baik Eni maupun Entin sangat kaget begitu nama Hambali atau Encep disebut-sebut sebagai anggota jaringan teroris internasional.

Eni mengaku sudah delapan bulan hidupnya tak tenang lagi. Apalagi, sejak Encep dituduh terlibat dalam sejumlah kasus peledakan di Tanah Air. Saat ini Eni mengaku sangat sedih, bingung, dan terpukul atas tuduhan tersebut. Ia berharap ada praktisi hukum yang berkenan mendampingi mereka.(ULF/Tim Liputan 6 SCTV)