Sukses

Jumlah Pasien Terindikasi SARS Bertambah

RS Dokter Soewondo, Kendal menerima dua pasien baru yang diduga terinfeksi SARS. Berdasarkan rekomendasi Tim Verifikasi Depkes, seorang pasien di sebuah RS di Jateng kemungkinan besar terjangkit SARS.

Liputan6.com, Jakarta: Kasus penyebaran penyakit sindrom pernapasan sangat akut (SARS) di Tanah Air tampaknya tak juga berkurang. Bahkan Menteri Kesehatan Achmad Sujudi menyatakan, berdasarkan rekomendasi Tim Verifikasi Departemen Kesehatan, seorang pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit di kawasan Jawa Tengah dikategorikan kemungkinan besar terinfeksi Severe Acute Respiratory Syndrom. Sebab menurut dia, Kamis (10/4), di Jakarta, hasil uji laboratorium membuktikan penurunan sel darah putih, yang menjadi satu dari sederet indikasi terjangkit SARS.

Dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dilaporkan, sampai hari ini masih merawat delapan orang pasien yang diduga terserang SARS. Kedelapan pasien tersebut diduga kuat terinfeksi coronavirus, yang saat ini diyakini penyebab SARS. Kenyataan itu terungkap dalam kunjungan Menkes ke rumah sakit tersebut dan bertemu langsung dengan tim dokter.

Menurut Sujudi, sampai Kamis ini sekitar pukul 10.30 WIB, pemerintah sudah menemukan 24 penderita yang mengalami gejala SARS [baca: Menkes: Sudah 24 Penderita SARS yang Dirawat]. Sebanyak 11 di antaranya masih dirawat di sejumlah rumah sakit. Dari total tersebut, lima penderita telah diverifikasi. Hasilnya, antara lain dua penderita dinyatakan suspect case atau terindikasi SARS.

Penambahan jumlah pasien yang diduga terkena virus SARS dilaporkan terjadi di RS dokter Soewondo, Kendal, Jawa Tengah. Petugas kesehatan setempat mengaku telah menerima dua pasien baru. Para pasien yang dibawa keluarganya itu adalah seseorang yang berinisial K berusia 22 tahun, asal Desa Kebonharjo, Kendal dan S, berumur 32 tahun, asal Kota Kendal. Kedua tenaga kerja wanita yang masing-masing pernah bekerja selama setahun di Singapura dan Malaysia itu kini dirawat di ruang isolasi karena mengeluh sesak napas dan terkena demam tinggi.

Keingintahuan warga soal kasus SARS di kawasan ini memang melonjak terus. Akibatnya, RS Soewondo sempat kebanjiran telepon dari masyarakat yang ingin mengetahui soal SARS. Petugas kesehatan setempat mengaku menerima sekitar 50 telepon per hari. Pemerintah Kabupaten Kendal pun mewajibkan para TKI yang baru kembali dari luar negeri melapor ke perangkat desa [baca: Mengantisipasi SARS, TKI Kendal Wajib Lapor]. Terhitung mulai 3 April silam, pemda sudah membentuk Tim Penanggulangan SARS. Rumah sakit setempat juga harus menyiapkan ruang isolasi untuk pasien yang mengalami gejala SARS.

Kasus sejenis juga terjadi di Mataram, Nusatenggara Barat. Dari RS Umum Mataram dilaporkan, seorang tenaga kerja Indonesia berinisial S terpaksa dirawat di ruang isolasi. TKI berusia 30 tahun yang baru pulang dari Malaysia melalui Singapura itu diduga kuat terserang SARS. Pasalnya, pasien asal Kecamatan Cakra, Lombok Timur itu ditemukan di Bandar Udara Selaparang dalam kondisi pingsan. Saat diperiksa, suhu badannya mencapai 37,8 derajat Celsius. Menurut saksi mata, sebelum tak sadarkan diri, S sempat mengeluh nyeri di bagian perutnya.

Di wilayah ini, sebenarnya kekhawatiran penyebaran virus SARS memang amat beralasan. Sebab sempat tersiar kabar sekitar 24 ribu TKI asal NTB akan pulang dari Singapura dan Malaysia, akhir April ini karena masa kontrak kerja sudah habis [baca: Belum Ada Pasien di Indonesia Positif SARS]. Dari pemantauan SCTV, selain menyiapkan dua kamar khusus sesuai standar WHO, RSU Mataram juga menyiapkan masker standar untuk dibagikan di Bandara Selaparang. Ironisnya, Tim Penanggulangan SARS RSU setempat mengaku jumlah masker yang mereka miliki saat ini masih sedikit. Sedangkan buat memperbaiki proses identifikasi SARS, pihak RS juga tengah mempertimbangkan untuk membeli Reagen RTPCR (Reverse Transcription Polymerase Chain)--alat untuk mengetahui ada tidaknya virus SARS--dari Atlanta, AS.

Langkah antisipatif pun dilakukan negara asal para TKI tadi. Malaysia, misalnya. Dari Kuala Lumpur dilaporkan, pemerintah Malaysia menghentikan sementara pemberian visa bagi warga negara Cina dan negara-negara lain yang sudah terinfeksi virus SARS. Kendati demikian, keputusan tersebut masih memberi toleransi bagi warga negara Cina yang tengah mengemban tugas kenegaraan atau memiliki kepentingan bisnis di Malaysia.(BMI/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini