Liputan6.com, Jakarta: Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto meminta Gerakan Aceh Merdeka konsisten dalam menentukan sikap. "Jangan hanya mengatakan ingin damai, tapi juga direalisasikan di lapangan," kata Endriartono di Jakarta, Kamis (1/1), seusai rapat tim kecil politik dan keamanan. Rapat ini berlangsung sekitar satu jam. Tujuan rapat ini mengevaluasi perkembangan Aceh dan memberikan kesempatan kepada GAM selama dua pekan untuk menyelesaikan Aceh secara damai.
Dukungan penyelesaian Aceh secara damai juga datang dari tokoh masyarakat Aceh yang tergabung dalam Forum Keprihatinan untuk Aceh. Mereka antara lain adalah Buya Ismail Hasan Metareum, Hasballah M. Saad, dan Ahmad Farhan Hamid. Saat menemui Wakil Presiden Hamzah Haz, mereka mengatakan, masih melihat peluang untuk menyelesaikan persoalan Aceh secara damai, meski rencana perundingan bersama yang sedang diusahakan belum pasti terlaksana. Karena itu, Hasballah mengatakan sangat mendukung upaya pemerintah memprioritaskan perundingan dengan GAM sebagai jalan keluar konflik Aceh. Sebab, penerapan operasi militer akan selalu membawa korban jiwa di kedua belah pihak, terutama masyarakat sipil yang tak bersalah.
Sementara itu, saat ini aparat kepolisian Aceh Utara tengah memeriksa secara intensif tiga orang yang diduga sebagai anggota GAM. Ketiga orang itu tercatat sebagai warga di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Timur. Mereka sebelumnya ditangkap pasukan pengamanan pengeboran lepas pantai yang tengah berpatroli di lepas pantai Kecamatan Jambo Aye, Aceh Utara [baca: Tiga Penyelundup Senjata di Aceh Ditangkap]. Saat itu, anggota patroli melihat sebuah perahu nelayan yang mencurigakan. Ketika diperiksa, ditemukan lima pucuk senjata jenis AK-47, M16, pistol jenis FN dan puluhan amunisi.
Kepala Kepolisian Resor Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Eko Danianto mengatakan, ketiga tersangka diperiksa intensif untuk mengungkap mata rantai penyelundupan senjata tersebut. Menurut pengakuan seorang tersangka bernama Supriadi, senjata itu milik seorang petinggi GAM yang diperoleh dari perahu nelayan Thailand di perairan internasional. Namun, pengakuan itu dibantah Juru Bicara Militer GAM Sofyan Dawood. Dia mengatakan, GAM telah menghentikan pasokan senjata semenjak penandatanganan kesepakatan penghentian permusuhan antara pemerintah dan GAM atau Cessation of Hostilities Agreement (CoHA).(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)
Dukungan penyelesaian Aceh secara damai juga datang dari tokoh masyarakat Aceh yang tergabung dalam Forum Keprihatinan untuk Aceh. Mereka antara lain adalah Buya Ismail Hasan Metareum, Hasballah M. Saad, dan Ahmad Farhan Hamid. Saat menemui Wakil Presiden Hamzah Haz, mereka mengatakan, masih melihat peluang untuk menyelesaikan persoalan Aceh secara damai, meski rencana perundingan bersama yang sedang diusahakan belum pasti terlaksana. Karena itu, Hasballah mengatakan sangat mendukung upaya pemerintah memprioritaskan perundingan dengan GAM sebagai jalan keluar konflik Aceh. Sebab, penerapan operasi militer akan selalu membawa korban jiwa di kedua belah pihak, terutama masyarakat sipil yang tak bersalah.
Sementara itu, saat ini aparat kepolisian Aceh Utara tengah memeriksa secara intensif tiga orang yang diduga sebagai anggota GAM. Ketiga orang itu tercatat sebagai warga di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Timur. Mereka sebelumnya ditangkap pasukan pengamanan pengeboran lepas pantai yang tengah berpatroli di lepas pantai Kecamatan Jambo Aye, Aceh Utara [baca: Tiga Penyelundup Senjata di Aceh Ditangkap]. Saat itu, anggota patroli melihat sebuah perahu nelayan yang mencurigakan. Ketika diperiksa, ditemukan lima pucuk senjata jenis AK-47, M16, pistol jenis FN dan puluhan amunisi.
Kepala Kepolisian Resor Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Eko Danianto mengatakan, ketiga tersangka diperiksa intensif untuk mengungkap mata rantai penyelundupan senjata tersebut. Menurut pengakuan seorang tersangka bernama Supriadi, senjata itu milik seorang petinggi GAM yang diperoleh dari perahu nelayan Thailand di perairan internasional. Namun, pengakuan itu dibantah Juru Bicara Militer GAM Sofyan Dawood. Dia mengatakan, GAM telah menghentikan pasokan senjata semenjak penandatanganan kesepakatan penghentian permusuhan antara pemerintah dan GAM atau Cessation of Hostilities Agreement (CoHA).(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)