Sukses

Kudeta Terhadap Presiden Mauritania Gagal

Ribuan warga turun berunjuk rasa karena rencana mengkudeta Presiden Maaouya Ould Sid`ahned Taya gagal. Presiden Taya dikecam lantaran menjalin kerja sama dengan Israel.

Liputan6.com, Nouakchott: Kerusuhan kini tengah melanda Ibu Kota Mauritania, Nouakchott. Rabu (11/6), ribuan warga turun ke jalan berunjuk rasa mengecam Presiden Mauritania Maaouya Ould Sid`ahned Taya. Aksi warga ini dipicu kegagalan kelompok pemberontak dalam menggulingkan Presiden Sid`ahned Taya.

Aksi massa ini bagian kecil dari kerusuhan yang tengah melanda Mauritania. Pemberontakan militer meletus dan meluas akibat ketidaksenangan terhadap Presiden Sid`ahned Taya yang menjalin hubungan dengan Israel. Baku tembak pun meletus di jalan-jalan raya Ibu Kota Mauritania dalam percobaan kudeta menggulingkan Sid`ahned Taya. Upaya kudeta kian menguat setelah pemimpin Mauritania yang pro Arab Israel itu menumpas habis kelompok-kelompok Islami di sana.

Upaya kudeta paling besar di negeri Muslim di barat laut Afrika ini terjadi Ahad silam. Saat itu, pasukan pemberontak menerobos ke kompleks istana kepresidenan setelah pasukan yang setia kepada Presiden melarikan diri. Sebagian warga meyakini bahwa aksi itu dilancarkan para perwira militer Islam yang masih muda-muda. Mereka melancarkan serangan dengan kendaraan lapis baja dan angkatan udara. Namun upaya ini gagal. Karena itulah ribuan warga Nouakchott memutuskan turun ke jalan.

Sementara dari Thailand dilaporkan kepolisian setempat menangkap empat orang yang diduga anggota kelompok Jamaah Islamiyah. Mereka dicurigai merencanakan aksi pengeboman di lima kedutaan besar dan tempat peristirahatan warga asing di Thailand. Dari empat anggota JI yang ditangkap, tiga di antaranya warga Thailand. Seorang lagi warga Singapura. Setelah penangkapan ini, polisi Thailand pun meningkatkan pengamanan di sejumlah kantor kedutaan besar di Negeri Gajah Putih [baca: Pengamanan Thailand Diperketat]. Di Kedubes Amerika Serikat, setiap tamu harus melewati serangkaian pemeriksaan yang cukup ketat. Pengamanan ekstra itu juga dilakukan di sejumlah lokasi di Bangkok.

Dari belahan dunia lain dikabarkan tiga orang pengamat militer Perserikatan Bangsa-Bangsa yang disandera di Kodori Gorge, pedalaman Georgia, berhasil diselamatkan. Kini, mereka telah kembali berada di ibu kota Georgia, Tiblisi. Para penyandera membebaskan mereka setelah menahannya selama enam hari. Ketiga pengamat militer PBB itu ditangkap penyandera saat melakukan patroli di Kodori Gorge.

Aksi penculikan berbuntut penyanderan juga berlangsung di Lima, Peru. Sebanyak 71 orang pekerja sebuah perusahaan konstruksi Argentina yang diculik pasukan pemberontak sayap kiri Peru akhirnya bebas. Sebelum dibebaskan, mereka disandera dengan uang tebusan US$ 1 juta.

Di sisi lain, ribuan anggota serikat pekerja bentrok dengan polisi saat mereka berunjuk rasa menentang reformasi pensiun yang direncanakan pemerintah Prancis di Paris. Sejumlah pengunjuk rasa sempat melempari polisi dengan batu. Sebagian yang lain membakar tempat sampah sebagai wujud kemarahan [baca: Demo Buruh di Paris Rusuh]. Namun, kerusuhan ini tak berlangsung lama karena polisi berhasil menghalau demonstran dengan menggunakan meriam air dan gas air mata.

Aksi besar-besaran pekerja ini digelar karena reformasi pensiun akan dibahas Parlemen Prancis dalam waktu dekat. Selain diikuti Serikat Pekerja Transportasi, aksi juga dihadiri Serikat Pekerja Pengangkut Sampah dan Serikat Guru. Dalam aksi kali ini, masyarakat khawatir transportasi di Prancis akan terganggu lagi. Mereka juga takut jika aksi berlarut, sampah akan menggunung di sejumlah kota.(DEN/Nlg)
    Video Terkini