Liputan6.com, Onsong: Pemerintah Korea Utara kembali menjadi sorotan. Kali ini bukan tentang senjata nuklir. Tapi mengenai kehidupan para tahanan politik di sana. Baru-baru ini, stasiun televisi Jepang, Tokyo Broadcasting System menayangkan hasil laporan tentang kamp tahanan di Onsong, Korea Utara, tempat tahanan politik disekap. Para narapidana ini termasuk para pencari suaka yang gagal dan dikembalikan ke Korut. Mereka ternyata tak hanya dipenjara, tapi juga diwajibkan mengikuti kerja paksa.
Rekaman ini diambil dengan menggunakan satelit secara diam-diam oleh Komite Amerika Serikat untuk Hak Asasi Manusia di Korut. Di sana, para tahanan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dari beragam usia terlihat sedang bekerja secara paksa. Mereka mengangkut batang-batang kayu, bebatuan maupun bahan bangunan lain. Di sekitar mereka, tampak para petugas penjara berpakaian sipil siap siaga.
Menurut penuturan warga Korut yang pernah menghuni kamp tersebut, setiap kesalahan kecil yang dibuat para tahanan, si penjaga tak segan-segan memukul dengan tongkat. Tak peduli tahanan itu laki-laki, perempuan, anak-anak atau orang tua. Akibat pukulan, para tahanan umumnya menderita luka dalam.
Para napi ini disekap di dalam satu bangunan. Jumlah mereka mencapai seratus orang di setiap ruangan yang dihuni. Komite HAM menyebutkan, saat ini Korut menahan sekitar 150 ribu hingga 200-an ribu napi politik. Semuanya diwajibkan menjalani kerja paksa di penjara-penjara yang tersebar di sana.(AWD/Indreswari)
Rekaman ini diambil dengan menggunakan satelit secara diam-diam oleh Komite Amerika Serikat untuk Hak Asasi Manusia di Korut. Di sana, para tahanan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dari beragam usia terlihat sedang bekerja secara paksa. Mereka mengangkut batang-batang kayu, bebatuan maupun bahan bangunan lain. Di sekitar mereka, tampak para petugas penjara berpakaian sipil siap siaga.
Menurut penuturan warga Korut yang pernah menghuni kamp tersebut, setiap kesalahan kecil yang dibuat para tahanan, si penjaga tak segan-segan memukul dengan tongkat. Tak peduli tahanan itu laki-laki, perempuan, anak-anak atau orang tua. Akibat pukulan, para tahanan umumnya menderita luka dalam.
Para napi ini disekap di dalam satu bangunan. Jumlah mereka mencapai seratus orang di setiap ruangan yang dihuni. Komite HAM menyebutkan, saat ini Korut menahan sekitar 150 ribu hingga 200-an ribu napi politik. Semuanya diwajibkan menjalani kerja paksa di penjara-penjara yang tersebar di sana.(AWD/Indreswari)