Liputan6.com, Jakarta: Teka-teki mengenai pelaku peledakan bom di depan Kedutaan Besar Australia, Kuningan, Jakarta Selatan, terungkap sudah. Markas Besar Polri, Jumat (1/10), memastikan pelaku bom bunuh diri itu bernama Heri Golun atau Heri Kurniawan. Pelaku adalah warga Kampung Cigarung, Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. "Orang [pelaku] itu memang namanya disebut-disebut sebagai Heri Golun," kata Kepala Polri Jenderal Polisi Da`i Bachtiar kepada wartawan di Jakarta.
Da`i mengatakan, kepastian itu diperoleh setelah tim penyidik Mabes Polri mendapat keterangan dari sejumlah saksi dan tersangka. Berdasarkan hal itulah, polisi lantas melakukan tes deoxyribose nucleic acid (DNA) atau uji identitas genetik terhadap ayah Heri Golun, Didin Raidin. Rupanya, hasil tes DNA menunjukkan bahwa potongan tubuh yang ditemukan di depan Kedubes Australia adalah milik Heri [baca: Tes DNA Mengarah ke Heri Golun].
Selain itu, polisi juga mendapatkan surat dari pelaku yang ditujukan kepada istrinya, Leman. Sebelum melancarkan aksi bunuh diri, Heri menulis surat kepada Leman yang menyebutkan bahwa dirinya minta maaf karena akan berjihad dan meminta segala utangnya dibayar. Heri juga meminta anaknya diberi nama M. Jundullah saat lahir nanti. "Ada semacam surat yang ditujukan kepada istri dan keluarganya yang mengarah pada tindakan yang bersangkutan," tambah Da`i.
Mengenai dugaan perusahaan ekspedisi bernama Sajira yang diduga mendanai aksi pengeboman, Kapolri mengatakan masih dalam penyelidikan. Menurut Da`i, salah seorang karyawan Sajira adalah mertua dari tersangka lain bernama Rois alias Iwan Darmawan.
Berdasarkan data yang dihimpun www.liputan6.com, Heri Golun juga sebagai pembeli terakhir kendaraan boks dari showroom Wisma Ratu seharga Rp 12,9 juta. Heri Golun sejak delapan bulan silam dinyatakan hilang bersama Nanang, Saeful Bachri alias Apuy, Uyok, dan Didi Gepeng [baca: Doktor Azahari Sempat Terlihat di Cisuren].
Kapolri juga memastikan jaringan pelaku Bom Kuningan adalah kelompok Jawa Barat yang memakai sandi KW VII dan KW IX. Menurut Da`i, kelompok Jawa Barat ini merupakan rekrutan baru karena sebelumnya perekrutan untuk pengeboman dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Polisi kini masih terus menelusuri rute mobil boks sebelum peledakan.(DEN/Nina Bahri dan Taufik Maru)
Da`i mengatakan, kepastian itu diperoleh setelah tim penyidik Mabes Polri mendapat keterangan dari sejumlah saksi dan tersangka. Berdasarkan hal itulah, polisi lantas melakukan tes deoxyribose nucleic acid (DNA) atau uji identitas genetik terhadap ayah Heri Golun, Didin Raidin. Rupanya, hasil tes DNA menunjukkan bahwa potongan tubuh yang ditemukan di depan Kedubes Australia adalah milik Heri [baca: Tes DNA Mengarah ke Heri Golun].
Selain itu, polisi juga mendapatkan surat dari pelaku yang ditujukan kepada istrinya, Leman. Sebelum melancarkan aksi bunuh diri, Heri menulis surat kepada Leman yang menyebutkan bahwa dirinya minta maaf karena akan berjihad dan meminta segala utangnya dibayar. Heri juga meminta anaknya diberi nama M. Jundullah saat lahir nanti. "Ada semacam surat yang ditujukan kepada istri dan keluarganya yang mengarah pada tindakan yang bersangkutan," tambah Da`i.
Mengenai dugaan perusahaan ekspedisi bernama Sajira yang diduga mendanai aksi pengeboman, Kapolri mengatakan masih dalam penyelidikan. Menurut Da`i, salah seorang karyawan Sajira adalah mertua dari tersangka lain bernama Rois alias Iwan Darmawan.
Berdasarkan data yang dihimpun www.liputan6.com, Heri Golun juga sebagai pembeli terakhir kendaraan boks dari showroom Wisma Ratu seharga Rp 12,9 juta. Heri Golun sejak delapan bulan silam dinyatakan hilang bersama Nanang, Saeful Bachri alias Apuy, Uyok, dan Didi Gepeng [baca: Doktor Azahari Sempat Terlihat di Cisuren].
Kapolri juga memastikan jaringan pelaku Bom Kuningan adalah kelompok Jawa Barat yang memakai sandi KW VII dan KW IX. Menurut Da`i, kelompok Jawa Barat ini merupakan rekrutan baru karena sebelumnya perekrutan untuk pengeboman dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Polisi kini masih terus menelusuri rute mobil boks sebelum peledakan.(DEN/Nina Bahri dan Taufik Maru)