Sukses

Jenazah Rosminah Tiba di Tanah Air

Jasad TKW asal Lampung ini bisa dipulangkan dari Kuwait setelah 53 hari tertahan dengan berbagai alasan yang rumit. Pemulangan jenazah Rosminah berlarut-larut karena tidak ada kerja sama antara pihak PJTKI dan majikan.

Liputan6.com, Jakarta: Jasad Rosminah, tenaga kerja Indonesia yang meninggal dunia di Kuwait tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Kamis (14/10), sekitar pukul 14.40 WIB. Kedatangan jenazah disambut isak tangis Mujiono, suami dan keluargannya. Betapa tidak, sebelumnya mereka sempat kesulitan meminta berbagai pihak untuk memulangkan jenazah Rosminah ke Tanah Air.

Uang sebesar Rp 5 juta juga telah dikeluarkan untuk mengurusi kepulangan Rosminah. "Untuk telepon dan ongkos bolak-balik Jakarta," kata Mujiono, warga Desa Negri Agung, Kecamatan Gunung Pelindung, Lampung Timur yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tambak ini saat berdialog dengan reporter SCTV Rosianna Silalahi di Jakarta, Kamis petang. Hadir pula Harold Tamin, orang yang membantu mengurusi kepulangan Rosminah.

Rosminah meninggal di Kuwait karena terjatuh ketika menjemur pakaian di lantai enam, tempatnya bekerja, 3 Juli silam. Kabar itu segera diterima suaminya, Mujiono. Lelaki itu kemudian menyurati PT Amalindo Bhakti Persada Lampung yang memberangkatkan istrinya ke Kuwait untuk memulangkan jenazah. Namun, tak ada kepastian dari pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) itu selama 53 hari berlalu. Akhirnya, Mujiono dibantu Harold Tamin, tetangganya [baca: Jenazah TKI di Kuwait Belum Dipulangkan].

Lewat tangan Harold, Mujiono menyurati Presiden Megawati Sukarnoputri, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea, dan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. Dia juga mengadukan soal itu kepada DPR dan Markas Besar Polri. Buntut dari surat itu, Mujiono dimarahi Hamid Husein al Muhdad, pemilik PJTKI. Hamid minta surat yang dikirim ke berbagai instansi itu dicabut. Jika tidak, ia tak bersedia mengurusi kepulangan jenazah Rosminah. "Suratnya sudah nyampe kok dicabut," Mujiono terheran-heran.

Menurut Harold, pemulangan jenazah Rosminah berlarut-larut karena tidak ada kerja sama antara pihak PJTKI dan majikan. PJTKI tak berhasil meminta visa yang dipegang majikan Rosminah lantaran dimintai uang 300 dinar. Celakanya, soal itu tak dilaporkan ke Kedutaan Besar RI. Padahal, pihak KBRI siap mengeluarkan uang asalkan majikan Rosminah bersedia mengembalikan visa.

Penantian Mujiono terjawab dua hari sebelum jenazah istrinya tiba di Tanah Air. Dia ditelepon pihak KBRI yang menyatakan jenazah Rosminah segera dipulangkan. Benar saja, hari ini jasad Rosminah tiba di Jakarta. Hamid Husein al Muhdad, pemilik PJTKI yang memberangkatkan Rosminah ke Kuwait juga ikut menjemput. Tapi dia enggan berkomentar. Hamid hanya menunjuk Lutfi, wakilnya untuk berbicara. Menurut Lutfi, pihaknya telah terkuras tenaga dan uang untuk memulangkan jenazah Rosminah. Namun, hal itu, kata dia, biasa bagi perusahaannya. Padahal, menurut Mujiono, sejauh ini pihak PJTKI hanya memberikan uang Rp 1,2 juta kepada keluarganya. Itu pun untuk ongkos tahlilan.

Kasus yang mirip dengan kisah Rosminah juga menimpa Karmini, seorang TKW asal Kediri, Jawa Timur yang meninggal di Malaysia. Jenazah Karmini hingga kini belum bisa dipulangkan ke Tanah Air. Padahal, berbagai upaya telah dilakukan keluarganya [baca: Suami Karmini Berharap Jenazah Istrinya Dipulangkan].

Cerita duka TKI yang mencoba menggantungkan nasib di luar negeri memang kerap terjadi. Tengok saja, kisah Nirmala Bonet, tenaga kerja wanita yang disiksa di Malaysia, Mei silam. Begitu pula cerita Casingkem dan Istiqomah, TKW yang sempat disandera militan Islam Irak [baca: Casingkem Kapok].(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)