Sukses

Aceh Kekurangan Tenaga Relawan

Jumlah relawan yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam sangat terbatas. Mereka diperlukan untuk mempercepat proses pembenahan Aceh, termasuk membersihkan puing-puing bangunan dan mengevakuasi mayat.

Liputan6.com, Banda Aceh: Sebagian besar daerah di ujung Barat Indonesia masih porak-poranda. Gempa dahsyat yang melahirkan Tsunami benar-benar meluluhlantakkan Aceh. Ratusan mayat dan puing bangunan berserakan di mana-mana. Kacau. Demikian hasil pantauan SCTV di Banda Aceh, Rabu (29/12) petang.

Tak banyak yang bisa dilakukan pemerintah. Sebab, sarana transportasi dan telekomunikasi terbatas. Demikian pula dengan jumlah relawan yang kini ada di Tanah Rencong. Padahal, kehadiran relawan sangat diperlukan untuk membereskan Serambi Mekah.

Di Banda Aceh, misalnya, paling sedikit memerlukan sepuluh ribu tenaga relawan. Mereka akan dikerahkan untuk membersihkan reruntuhan dan lumpur akibat sapuan gelombang Tsunami. Termasuk juga memindahkan mayat-mayat yang masih bergeletakan di tanah terbuka atau terselip di antara serakan sampah.

Mayat korban memang harus lekas diangkut karena sudah mulai membusuk dan meninggalkan bau menyengat. Bila tak segera dipindahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, bangkai manusia itu bisa mengundang berbagai penyakit yang membahayakan kesehatan warga yang selamat. Akan banyak berjangkit penyakit baru.

Sesungguhnya tak sedikit relawan yang siap ke Aceh. Namun karena sulitnya transportasi dan koordinasi antara pos koordinasi yang satu dengan lainnya membuat pengerahan tenaga relawan terhambat. Otomatis proses evakuasi mayat-mayat yang jumlahnya diperkirakan puluhan ribu terganggu, termasuk 190 mayat yang bergeletakkan di sekitar Masjid Raya Baiturrahman.

Sejumlah petugas gabungan dibantu warga yang selamat terus membersihkan reruntuhan bangunan yang berserakan di sudut kota Banda Aceh. Selain dengan alat berat, proses pembersihan juga dilakukan dengan alat seadanya. Mereka terus mencari mayat yang mungkin berada di antara onggokan sampah.

Selagi warga turun tangan membersihkan lokasi yang porak-poranda, sejumlah anggota TNI/Polri terlihat berjaga-jaga di beberapa sudut kota. Pengamanan dilakukan untuk menghindari adanya penjarahan. Sebab bukan tak mungkin ada sekelompok orang yang akan memanfaatkan kondisi ini untuk kepentingan pribadi. Mengambil harta benda korban, misalnya.

Sementara itu, siang tadi, Panglima Komando Daerah Militer Iskandar Muda Mayor Jenderal TNI Endang Suwarya dan rombongan mengunjungi sejumlah desa untuk memantau secara langsung kondisi warga. Kepada warga Endang Suwarya mengatakan, saat ini hanya bisa memberi bantuan sekadarnya. "Saya bantu apa yang saya bawa,&qout kata Endang.

Endang juga berdialog dengan penduduk setempat guna membantu meringankan beban psikologis warga yang ditinggal beberapa kerabatnya. Endang meminta mereka tetap tabah dan sabar menghadapi musibah. Saat ini, tambah Endang, yang paling baik adalah berdoa.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)