Sukses

Butuh Rp 10 Triliun untuk Membangun Kembali Aceh

Sebagian dana itu diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta penarikan pinjaman dari Bank Dunia. Untuk biaya darurat penanganan korban bencana, dibutuhkan dana sebesar Rp 1,35 triliun.

Liputan6.com, Jakarta: Rekonstruksi pascagempa dan Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan dimulai Februari mendatang. Untuk itu, dana yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp 10 triliun yang sebagian diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan penarikan pinjaman dari Bank Dunia. Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie di Jakarta, Rabu (29/12).

Aburizal mengungkapkan, semula pemerintah memperkirakan biaya rekonstruksi untuk Aceh hanya sebesar Rp 5 triliun. Namun, setelah melihat parahnya kerusakan, biaya perbaikan membengkak mencapai Rp 10 triliun. Menurut Aburizal, saat ini telah ada komitmen sejumlah negara donor untuk menyalurkan bantuan.

Untuk biaya darurat penanganan korban bencana, dibutuhkan dana sebesar Rp 1,35 triliun. Uang itu akan digunakan untuk pengadaan makanan dan penampungan bagi sekitar 500 ribu pengungsi selama satu tahun. Departemen Keuangan juga akan mengucurkan sisa dana cadangan bencana dari APBN 2004 sebesar Rp 150 miliar untuk korban Tsunami.

Maskapai penerbangan belum tertarik melayani rute penerbangan ke Aceh meski pemerintah telah membuka izin rute baru untuk tujuan Banda Aceh dan Medan, Sumatra Utara. Padahal, saat ini, jumlah penumpang dari Jakarta untuk rute itu meningkat hingga 75 persen. Akibatnya, banyak penumpang yang tidak bisa berangkat ke sana.

Selama ini, rute Jakarta-Banda Aceh hanya dilayani Garuda Indonesia, sekali sehari. Sejak Selasa pekan ini, Garuda menambah jumlah penerbangan menjadi empat kali sehari. Kendati demikian, maskapai milik negara ini tetap tak mampu membawa seluruh penumpang ke sana. Padahal, sekali terbang, pesawat Garuda mampu membawa 300 penumpang.

Calon penumpang mengeluhkan tarif tiket menuju Banda Aceh yang lebih mahal dibandingkan sebelum musibah. Padahal, sebelumnya Menteri Perhubungan Hata Rajasa menyatakan akan memberi sanksi terhadap maskapai penerbangan yang menaikkan tarif ke sana.

Mulai Rabu kemarin, PT Telkom tak menarik biaya percakapan, baik lokal maupun sambungan langsung jarak jauh, ke seluruh kota di Aceh. Sedangkan untuk memulihkan kembali jaringan telekomunikasi ke kondisi semula, PT Telkom membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Namun, untuk sementara, Telkom akan membuka fasilitas telekomunikasi darurat menggunakan genset dan solar cell.

Menurut Corporate Communication PT Telkom Mundarwiyarso, masa pemulihan jaringan telepon sangat tergantung pada kondisi kerusakan, suplai bahan bakar, dan pembersihan kota dari puing-puing. Saat ini, Mundarwiyarso menambahkan, Telkom memprioritaskan pemulihan fasilitas di Kota Banda Aceh. Hal serupa akan dilakukan di Kota Meulaboh yang kondisinya terparah dibandingkan kota lain. Diharapkan sekitar 20 persen fasilitas telekomunikasi di Aceh sudah kembali normal dalam satu hingga dua hari mendatang.(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)