Liputan6.com, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional berupaya memulihkan kegiatan belajar mengajar (KBM) di Nanggroe Aceh Darussalam dibantu sekitar 134 guru relawan dan aktivis badan eksekutif mahasiswa. Salah satunya dengan mencanangkan Pendidikan Darurat di Nanggroe Aceh Darussalam yang mulai digelar hari ini, Senin (10/1). "Dalam situasi darurat ini bisa berlangsung enam bulan hingga satu tahun," tambah Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Indra Djati Sidi di Jakarta.
Sejauh ini, Pendidikan Darurat sudah berlangsung di lima titik di lokasi pengungsian di NAD. Materi pendidikan tahap awal lebih difokuskan pada pemulihan psikologis siswa yang trauma pascagempa bumi dan Tsunami pada 26 Desember silam.
Menyusul gempa dan Tsunami sekitar dua pekan silam, aktivitas belajar mengajar di NAD memang lumpuh. Banyak sekolah yang luput dari bencana dijadikan lokasi penampungan.
Dari pemantauan SCTV, aktivitas belajar darurat tak sepenuhnya bisa dijalankan hari ini. Hingga kini masih banyak sekolah yang dijadikan tempat penampungan. Padahal, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo yang mengunjungi Banda Aceh pada Kamis pekan silam mengimbau sekolah tak boleh dijadikan penampungan [baca: Pekan Depan, Sekolah di Banda Aceh Aktif].
Di tengah situasi yang porak-poranda, kegiatan belajar di sejumlah lokasi penampungan telah berjalan. Di antaranya terdapat di pengungsian di sekitar Matai, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar. Aktivitas belajar di sana bahkan telah berlangsung sejak pekan silam, meski dalam kondisi darurat. Tak tampak papan tulis atau buku yang biasanya digunakan anak-anak sekolah. Jangan tanya pula soal seragam. Ratusan anak yang dibagi beberapa kelompok itu belajar beralaskan terpal plastik berwarna biru dan beratap langit. Kendati demikian, mereka terlihat antusias mengikuti pelajaran yang diberikan relawan guru yang didatangkan dari Sumatra Barat dan Utara.
Sejalan dengan menggeliatnya aktivitas belajar, pemerintahan di Banda Aceh sekitar sepekan ini telah berjalan [baca: Kantor Pemprov Aceh Siap Beroperasi]. Kantor Gubernur yang nantinya menjadi pusat pemerintah daerah, sejauh ini belum sepenuhnya normal. Kegiatan mereka hari ini masih mendata jumlah korban akibat bencana alam tersebut. Tadi pagi jumlah korban tewas bertambah dengan ditemukannya 12 mayat baru.
Selain itu, aktivitas pemerintah setempat hari ini adalah upacara kecil dan mendata pegawai mereka yang belum hadir. Dari 2.000 pegawai, yang ada hanya 200 orang. Pendataan terus dilakukan untuk mengetahui jumlah staf tambahan untuk membangkitkan kembali pemerintahan di Banda Aceh khususnya, dan NAD umumnya.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
Sejauh ini, Pendidikan Darurat sudah berlangsung di lima titik di lokasi pengungsian di NAD. Materi pendidikan tahap awal lebih difokuskan pada pemulihan psikologis siswa yang trauma pascagempa bumi dan Tsunami pada 26 Desember silam.
Menyusul gempa dan Tsunami sekitar dua pekan silam, aktivitas belajar mengajar di NAD memang lumpuh. Banyak sekolah yang luput dari bencana dijadikan lokasi penampungan.
Dari pemantauan SCTV, aktivitas belajar darurat tak sepenuhnya bisa dijalankan hari ini. Hingga kini masih banyak sekolah yang dijadikan tempat penampungan. Padahal, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo yang mengunjungi Banda Aceh pada Kamis pekan silam mengimbau sekolah tak boleh dijadikan penampungan [baca: Pekan Depan, Sekolah di Banda Aceh Aktif].
Di tengah situasi yang porak-poranda, kegiatan belajar di sejumlah lokasi penampungan telah berjalan. Di antaranya terdapat di pengungsian di sekitar Matai, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar. Aktivitas belajar di sana bahkan telah berlangsung sejak pekan silam, meski dalam kondisi darurat. Tak tampak papan tulis atau buku yang biasanya digunakan anak-anak sekolah. Jangan tanya pula soal seragam. Ratusan anak yang dibagi beberapa kelompok itu belajar beralaskan terpal plastik berwarna biru dan beratap langit. Kendati demikian, mereka terlihat antusias mengikuti pelajaran yang diberikan relawan guru yang didatangkan dari Sumatra Barat dan Utara.
Sejalan dengan menggeliatnya aktivitas belajar, pemerintahan di Banda Aceh sekitar sepekan ini telah berjalan [baca: Kantor Pemprov Aceh Siap Beroperasi]. Kantor Gubernur yang nantinya menjadi pusat pemerintah daerah, sejauh ini belum sepenuhnya normal. Kegiatan mereka hari ini masih mendata jumlah korban akibat bencana alam tersebut. Tadi pagi jumlah korban tewas bertambah dengan ditemukannya 12 mayat baru.
Selain itu, aktivitas pemerintah setempat hari ini adalah upacara kecil dan mendata pegawai mereka yang belum hadir. Dari 2.000 pegawai, yang ada hanya 200 orang. Pendataan terus dilakukan untuk mengetahui jumlah staf tambahan untuk membangkitkan kembali pemerintahan di Banda Aceh khususnya, dan NAD umumnya.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)