Sukses

BIN: Militer Asing Menyimpan Agenda Tersembunyi

Berdasarkan data BIN, Amerika Serikat sudah lama meminta supaya Selat Malaka dikontrol mereka. Dan kini AS telah memiliki foto-foto Selat Malaka dan wilayah NAD, sebelum dan sesudah diterjang gelombang Tsunami.

Liputan6.com, Jakarta: Badan Intelijen Negara (BIN) mensinyalir adanya agenda tersembunyi dalam misi kemanusiaan pihak asing di wilayah bencana Tsunami, Nanggroe Aceh Darussalam. Demikian diungkapkan Kepala BIN Syamsir Siregar dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/1). Hadir pula Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono.

Syamsir mengatakan, pihak asing pasti akan memanfaatkan setiap aktivitas untuk tujuan tertentu, seperti mencari tahu kondisi geografis Indonesia. Amerika Serikat, misalnya. Menurut Syamsir, pihak AS sudah lama meminta supaya Selat Malaka dikontrol oleh mereka. Dan kini ada kesempatan. Syamsir yakin sekarang AS telah memiliki foto-foto Selat Malaka dan wilayah NAD, sebelum dan sesudah diterjang gelombang Tsunami. "Saya sudah ada data mereka," tambah Syamsir.

Dengan alasan itulah, BIN sependapat dengan pembatasan waktu tiga bulan bagi militer asing di Aceh oleh pemerintah [baca: Kehadiran Militer Asing Dibatasi Hingga Maret 2005]. Dengan jangka waktu itu, Syamsir yakin Indonesia sudah mampu mengambil alih penanganan Aceh pasca-Tsunami.

Berdasarkan data yang dihimpun www.liputan6.com, BIN telah menempatkan 15 stafnya di NAD. Data BIN menunjukkan militer asing mencapai 19 ribu personel, sedangkan ribuan lainnya termasuk dalam daftar relawan. Sementara data lain menyebutkan, pascabencana gempa dan Tsunami, ada sekitar tiga ribu personel pasukan dari 11 negara yang beroperasi di daratan Aceh. Adapun belasan ribu personel militer asing berada di kapal-kapal perang.(DEN/Frans Ambudi dan Julianus Kriswanto)