Sukses

Prosentase Kenaikan Harga BBM Masih Dirumuskan

Besarnya prosentase kenaikan harga bahan bakar minyak masih harus disahkan lewat keputusan presiden. Ketidakpastian waktu kenaikan BBM ini dikeluhkan karena barang-barang telah naik lebih dulu.

Liputan6.com, Jakarta: Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan segera terealisasi dalam waktu dekat. Namun, besar prosentase kenaikan masih harus disahkan dulu lewat Keputusan Presiden. "Kita tunggu satu dua minggu ini," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka Rapat Kerja Nasional Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya di Jakarta, Jumat (18/2) malam.

Pengamat ekonomi Faisal Basri meminta kenaikan harga BBM harus diikuti dengan mengurangi beban ekonomi masyarakat. Faisal mencontohkan PLN yang harus secepatnya mengalihkan pembangkit listrik ke tenaga gas bumi sehingga tak perlu menaikkan tarif listrik. Tarif telepon juga tak perlu dinaikkan. Sebab jika harga BBM naik 20 persen, sektor transportasi maksimal akan naik sembilan persen.

Selain itu, kompensasi BBM harus lebih difokuskan pada kalangan bawah. Dari survei kebutuhan hidup buruh misalnya menunjukkan pengeluaran paling banyak ada di sektor perumahan, makan, dan transportasi. Bila total subsidi BBM Rp 60 triliun disisihkan Rp 5 triliun untuk membangun perumahan buruh di sekitar pabrik, kompensasi dana BBM akan lebih bisa dirasakan kaum yang membutuhkan dan tepat sasaran.

Meski rencana kenaikan harga BBM masih tertunda-tunda, penjualan BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Ibu Kota masih normal. Para pengelola SPBU juga belum meminta tambahan kapasitas pengiriman BBM dari Pertamina. Belum ditetapkannya kenaikan harga BBM ini dikeluhkan banyak pihak [baca: Pemerintah Diminta Segera Putuskan Kenaikan BBM]. Sebab, penundaan dikhawatirkan akan berpengaruh pada harga sejumlah barang yang sudah merambat naik. Apalagi penundaan ini juga ditanggung pemerintah dengan kerugian sekitar Rp 2 triliun per bulan.

Kendati demikian, ketidakpastian ini belum diikuti dengan peningkatan penjualan BBM di sejumlah SPBU. Para pembeli juga tak melakukan pembelian lebih banyak dari biasanya. Dari pantauan SCTV, juga belum ada antrean di sejumlah SPBU dan pembelian dalam jumlah besar. Sejumlah SPBU di Jakarta juga mengisi tangki BBM mereka dengan kapasitas normal yakni 16 ribu liter per hari.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)