Sukses

Pengelolaan TPA Leuwigajah Kurang Koordinasi

Kurangnya koordinasi Pemerintah Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung sebagai pengguna TPA Leuwigajah dituding menjadi penyebab musibah. Ketiga pemda terkesan saling lempar tanggung jawab.

Liputan6.com, Cimahi: Gunungan sampah di Cimahi, Jawa Barat, longsor akibat pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah kurang terkordinasi. Namun, Pemerintah Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung sebagai pengguna TPA terkesan saling lempar tanggung jawab. Kepada SCTV, Rabu (23/2), seluruh warga di sekitar TPA Leuwigajah menyalahkan pemerintah daerah setempat karena tidak tepat menerapkan sistem pengolahan sampah.

Salah satu bukti ketidakharmonisan tiga pengguna TPA Leuwigajah terlihat dari tak jelasnya anggaran pengelolaan sebesar Rp 7 miliar hingga Rp 8 miliar yang diajukan ke pemerintah pusat. Sebenarnya, di sekitar TPA Leuwigajah akan berdiri sebuah tembok yang membatasi areal pembuangan sampah dan permukiman masyarakat. Tembok tersebut adalah hasil rembukan tiga pemerintahan pengguna TPA untuk mencegah kemungkinan longsor.

Namun, pembangunan tembok pembatas itu terhenti di tengah jalan dan hanya menyisakan tembok setinggi satu meter yang notabene tak sanggup menahan longsoran. Padahal jauh-jauh hari sebelumnya, pemda sudah diingatkan warga kalau tumpukan sampah di TPA Leuwigajah bisa mengancam keselamatan [baca: TPA Leuwigajah Ditutup].

Kini musibah telah terjadi dan korban telah berjatuhan. Pemerintah setempat dituntut untuk bekerja cepat menanggulangi bencana dan melakukan rehabilitasi. Tuntutan itu muncul kendati pemerintah daerah belum memutuskan langkah yang akan diambil. Kemungkinan yang muncul adalah relokasi permukiman penduduk atau mencari lokasi pembuangan sampah baru.

TPA Leuwigajah yang menggunakan sistem open dumping alias langsung dibuang tanpa dipadatkan terlebih dahulu, memang tak bisa berdekatan dengan areal permukiman. Pasalnya, sejak beroperasi 20 tahun silam, tumpukan sampah sudah menutup 25 hektare lahan dengan ketinggian sekitar 22 meter. Jika tak dipisah, bukan tak mungkin bencana kembali terulang.

Di lain sisi, musibah longsor yang menimpa warga Kampung Cilimus, Batujajar, Kabupaten Bandung, telah menyisakan kepedihan yang mendalam bagi warga yang selamat. Selain kehilangan harta benda, mereka juga kehilangan sanak saudara dan orang tua.

Kepedihan itulah yang kini berkecamuk di dada Eka. Bocah kelas enam Sekolah Dasar Negeri Batujajar 2 ini tak kuasa menahan tangis saat berjalan menyusuri sisa-sisa longsoran sampah yang menimbun rumahnya. Dengan dipapah kerabatnya, Eka menguatkan diri menuju pos koordinasi penanggulan bencana untuk melaporkan keluarganya yang hilang.

Kini Eka tak lagi memiliki orang tua maupun keluarga. Mereka telah tiada tertimbun longsoran sampah yang menelan desanya Senin dini hari silam [baca: TPA Cireundeu Longsor, Enam Tewas]. Ia kini hidup sebatang kara. Eka selamat setelah berlari keluar rumah saat bencana terjadi.

Selain Eka, masih banyak warga Cilimus yang mengalami nasib serupa. Anggota keluarga korban yang tersisa memasang foto-foto kerabat mereka yang hingga kini belum ditemukan. Hingga hari ketiga pascalongsor, korban yang berhasil dievakuasi sebanyak 52 orang dari 136 orang yang dilaporkan hilang.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini