Sukses

Harga Beli Gabah Masih di Bawah Ketentuan

Penjualan gabah dengan harga di bawah ketentuan masih sering terjadi karena banyak petani yang bertransaksi dengan tengkulak. Mentan Anton Apriantono mengimbau pemda terlibat pemerataan harga gabah.

Liputan6.com, Jakarta: Menteri Pertanian Anton Apriantono mengakui masih ada penjualan gabah dengan harga di bawah ketentuan. Kondisi itu disebabkan masih banyak petani yang menjual gabahnya kepada tengkulak bukan ke Badan Urusan Logistik (Bulog). Karena itu, Anton mengimbau pemerintah daerah ikut terlibat dalam pembelian gabah petani.

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2005 tentang Kebijakan Perberasan, harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 1.330 per kilogram dari Rp 1.230 per kilogram. Sedangkan untuk gabah kering giling (GKG) dibandrol Rp 1.740 per kilogram di penggilingan dan Rp 1.765 per kilogram di gudang penyimpanan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun terminal mobil di Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta Utara. Terminal tersebut dibangun untuk meningkatkan daya saing pelabuhan. Saat ini, investor asal Jepang berminat menanamkan modal senilai Rp 8 triliun untuk proyek tersebut.

Namun, rencana pengembangan Pelabuhan Tanjungpriok terhalang tumpang tindihnya kewenangan pemerintah pusat dan daerah. Menurut Gubernur Jakarta Sutiyoso, pengelolaan pelabuhan selama ini menjadi kewenangan pemerintah pusat melalui PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Belakangan, seiring pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah juga memiliki hak pengelolaan pelabuhan tersebut.

Sementara itu Bank Mandiri dikabarkan akan mengakuisisi atau membeli saham Bank Lippo. Kabar tersebut dibantah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sugiharto yang mengatakan belum ada proposal tertulis mengenai hal tersebut.

Sejauh ini, pihak Bank Mandiri baru membicarakan dan meminta sebuah akuntan publik untuk mengkalkulasi pembelian saham tersebut. Beberapa analis menilai, akuisisi tu akan menguntungkan Bank Lippo karena akan memiliki dukungan pendanaan kredit yang cukup kuat.

PT Astra International membukukan laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun untuk periode 2004. Pencapaian laba ini menjadi titik tertinggi sepanjang sejarah perseroan. Peningkatan ini didorong pertumbuhan usaha otomotif dengan peluncuran produk-produk baru. Selain itu, juga didukung peningkatan di bidang jasa keuangan, kelapa sawit, dan alat berat.(TOZ/tim Liputan 6 SCTV)