Liputan6.com, Sibolga: Ratusan pengungsi korban gempa masih berada di lapangan Simare-Mare, Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Data terakhir menyebutkan di lapangan itu terdapat 357 pengungsi. Jumlah ini sudah termasuk para pengungsi yang tiba pada Ahad pagi di pelabuhan Sibolga. Sebagian pengungsi yang baru tiba kemudian memisahkan diri untuk bergabung dengan keluarga dan kerabatnya di wilayah itu.
Para pengungsi melakukan semua aktivitas sehari-harinya di lapangan. Kebutuhan makan sebanyak tiga kali sehari dan air minum mereka disediakan oleh Pemerintah Kota Sibolga dalam bentuk bahan mentah. Penduduk setempat kemudian mengolah dan menyajikan makanan tersebut untuk pengungsi.
Untuk pelayanan kesehatan, sejumlah dokter dari pusat kesehatan masyarakat setempat siap membantu dengan persediaan obat yang memadai. Sejauh ini, belum ada pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut. Mereka mulai diserang penyakit pencernaan. Sebagian pengungsi juga menderita sakit kulit dan memar akibat tertimpa reruntuhan saat gempa terjadi.
Untuk kebutuhan mandi cuci kakus, disediakan empat kamar mandi dengan air yang bersih. Kini, sejumlah pengungsi mengeluhkan tak tersedianya pakaian bersih. Pakaian tak sempat dibawa ketika mulai mengungsi.(AWD/Nastasia Andriarti dan Daeng Tanto)
Para pengungsi melakukan semua aktivitas sehari-harinya di lapangan. Kebutuhan makan sebanyak tiga kali sehari dan air minum mereka disediakan oleh Pemerintah Kota Sibolga dalam bentuk bahan mentah. Penduduk setempat kemudian mengolah dan menyajikan makanan tersebut untuk pengungsi.
Untuk pelayanan kesehatan, sejumlah dokter dari pusat kesehatan masyarakat setempat siap membantu dengan persediaan obat yang memadai. Sejauh ini, belum ada pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut. Mereka mulai diserang penyakit pencernaan. Sebagian pengungsi juga menderita sakit kulit dan memar akibat tertimpa reruntuhan saat gempa terjadi.
Untuk kebutuhan mandi cuci kakus, disediakan empat kamar mandi dengan air yang bersih. Kini, sejumlah pengungsi mengeluhkan tak tersedianya pakaian bersih. Pakaian tak sempat dibawa ketika mulai mengungsi.(AWD/Nastasia Andriarti dan Daeng Tanto)