Sukses

Korban Luka Gempa Nias Terus Bertambah

Sekitar 500 pasien korban gempa Nias dirawat di sejumlah rumah sakit di Medan, Sumut. Biaya perawatan para pasien yang kebanyakan menderita patah tulang ini ditanggung oleh pemerintah setempat.

Liputan6.com, Medan: Korban luka akibat gempa di Nias, Sumatra Utara, yang dirawat di berbagai rumah sakit di Medan, Sumut, terus bertambah. Mayoritas dari sekitar 500 korban menderita patah tulang karena tertimpa reruntuhan bangunan. Seluruh biaya perawatan ditanggung pemerintah. Demikian informasi yang dihimpun SCTV di Medan, Kamis (7/4).

Hingga pekan ini, sejumlah rumah sakit di Medan melaporkan mendapat pasien tambahan dari Nias. Di Rumah Sakit Umum Adam Malik, misalnya, jumlah korban bertambah dari 50 menjadi 90 pasien. Sementara RSU Pirngadi saat ini menampung 35 pasien. Menurut dokter yang merawat mereka, pasien korban gempa rata-rata memerlukan perawatan sekitar satu hingga dua bulan.

Sementara itu, ratusan bayi berumur di bawah lima tahun asal Nias yang mengungsi di Lapangan Simare-mare, Sibolga, Sumut, sejak tiga hari ini, terserang demam dan campak. Menurut tim dokter, anak-anak di lokasi pengungsian memang rentan penyakit karena kondisi penampungan yang kurang baik ditambah cuaca yang terus berubah [baca: Di Sibolga, Pengungsi Terserang Penyakit].

Kondisi tak jauh berbeda juga dialami sejumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Gunung Sitoli. Seorang perempuan yang dirawat di bangsal pascabedah mengaku mendapat pelayanan kurang memadai di rumah sakit yang menjadi pusat penanganan korban gempa di Nias. Perempuan yang tak bisa berbahasa Indonesia itu kini tinggal bersama anaknya yang masih bayi dan tak punya saudara lain.

Kepala RSU Gunung Sitoli Yulianus Mandrova mengakui, sejumlah perawat dan karyawan rumah sakit pada pekan pertama gempa banyak yang trauma dan tak masuk kerja. Akibatnya, penanganan pasien sempat terhambat. Sejak Senin silam, sekitar 80 persen tim medis dan karyawan RSU Gunung Sitoli telah mulai bekerja. "Mulai hari ini, pelayanan untuk pasien akan lebih baik," kata Yulianus.

Yulianus menambahkan, sejak awal gempa pelayanan di RSU Gunung Sitoli diambil alih oleh Departemen Kesehatan. Kendala yang mereka hadapi hingga saat ini adalah minimnya pasokan air bersih. Kondisi ini terungkap ketika Wakil Gubernur Sumut Rudolf Pardede berkunjung ke RSU Gunung Sitoli. Kunjungan ini diisi Wagub dengan memberikan bantuan dan berdialog langsung bersama korban.

Di antara sekian kendala yang dihadapi tim medis, tim dari Angkatan Laut Amerika Serikat masih sigap menolong korban cedera. Di antaranya adalah upaya pertolongan terhadap seorang kakek yang tertimpa reruntuhan. Kakek yang diduga menderita patah tulang itu diangkut dengan ambulans untuk dirawat sementara di pos kesehatan di Lapangan Pelita Gunung Sitoli. Selanjutnya, kakek ini dirawat di Kapal Rumah Sakit USNS Mercy yang berlabuh sekitar lima mil dari Gunung Sitoli.

Sejauh ini, bantuan obat-obatan terbilang lancar. Bantuan medis untuk korban gempa bumi masuk melalui Bandar Udara Binaka, Gunung Sitoli. Di bandara juga terlihat sejumlah tenda tim kesehatan milik relawan dari Jepang, Singapura, Prancis, dan Rusia. Mereka setiap hari menyelenggarakan pengobatan gratis untuk para korban.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.