Liputan6.com, Beijing: Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendesak semua negara memperkuat rencana penanggulangan penyakit flu burung, termasuk mengembangkan ketersediaan vaksin penyakit ini. Sebab, virus flu burung masih tidak stabil dan tidak bisa diprediksi. Peringatan akan ancaman bahaya flu burung diungkapkan Direktur WHO wilayah Pasifik Barat, Shigeru Omi, di Beijing, Republik Rakyat Cina, Cina, Jumat (10/6).
Menurut Omi, virus penyebab flu burung paling mematikan subtipe H5N1 (virus influenza tipe A) memiliki pola perilaku berbeda antara di Cina dan di Vietnam. Di Cina, virus flu burung tidak menjangkiti manusia, sementara di Vietnam virus itu telah membunuh 38 orang dari 54 kasus kematian akibat penyakit flu burung di Asia.
Di Vietnam, kasus-kasus flu burung kebanyakan adalah asymptomatic atau para penderita yang tidak memperlihatkan gejala telah tertular. Sedangkan di Cina, dua kasus flu burung di bagian barat negara Cina telah menyebabkan kematian berbagai jenis unggas dalam jumlah besar. Padahal, sebelumnya unggas-unggas itu relatif kebal terhadap penyakit ini. Fakta itu mengindikasikan bahwa virus flu burung telah menjadi sangat patogenik bagi banyak spesies.
Sebelumnya, Cina sempat dikritik karena enggan memberi informasi tentang wabah penyakit ini. Namun, sikap itu sudah berubah. Baru-baru ini, Biro Urusan Satwa Kementerian Pertanian Cina membenarkan terjadinya kasus flu burung kedua di wilayah Xinjiang. Lebih dari 13.000 ekor angsa sudah diisolir setelah sekitar 460 ekor angsa didapati mati akibat virus itu [baca: Flu Burung Menjangkiti Unggas Liar Cina].(ZIZ/Rcm)
Menurut Omi, virus penyebab flu burung paling mematikan subtipe H5N1 (virus influenza tipe A) memiliki pola perilaku berbeda antara di Cina dan di Vietnam. Di Cina, virus flu burung tidak menjangkiti manusia, sementara di Vietnam virus itu telah membunuh 38 orang dari 54 kasus kematian akibat penyakit flu burung di Asia.
Di Vietnam, kasus-kasus flu burung kebanyakan adalah asymptomatic atau para penderita yang tidak memperlihatkan gejala telah tertular. Sedangkan di Cina, dua kasus flu burung di bagian barat negara Cina telah menyebabkan kematian berbagai jenis unggas dalam jumlah besar. Padahal, sebelumnya unggas-unggas itu relatif kebal terhadap penyakit ini. Fakta itu mengindikasikan bahwa virus flu burung telah menjadi sangat patogenik bagi banyak spesies.
Sebelumnya, Cina sempat dikritik karena enggan memberi informasi tentang wabah penyakit ini. Namun, sikap itu sudah berubah. Baru-baru ini, Biro Urusan Satwa Kementerian Pertanian Cina membenarkan terjadinya kasus flu burung kedua di wilayah Xinjiang. Lebih dari 13.000 ekor angsa sudah diisolir setelah sekitar 460 ekor angsa didapati mati akibat virus itu [baca: Flu Burung Menjangkiti Unggas Liar Cina].(ZIZ/Rcm)