Dalam pertempuran itu, tiga pejuang Hizbullah di Desa Boudai dekat Baalbek, tewas. Sementara enam tentara Negeri Zionis terluka. Israel berdalih, operasi itu bertujuan untuk mencegah upaya penyelundupan senjata oleh Hizbullah dari Iran atau Suriah [baca: Kontak Senjata Masih Terjadi].
Serangan Israel ke Lebanon juga menghancurkan markas UNIFIL, pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Selain itu, empat anggota UNIFIL yang berjaga di perbatasan Lebanon-Israel dilaporkan tewas. Agresi Israel juga menyebabkan sekitar 80 persen bangunan, termasuk masjid di Kota Qiam rusak, bahkan hancur. Meskipun demikian, tentara Negeri Zionis tidak berhasil masuk ke pusat kawasan Qiam. Sebagian tank-tank Israel yang mencoba untuk masuk berhasil dihalau, bahkan dihancurkan oleh kelompok Hizbullah.
Sementara itu, sekitar 49 tentara Prancis mendarat di Naqoura, pesisir pantai Lebanon Selatan. Selang beberapa jam, kapal Prancis juga mendarat di Toulon dan menurunkan 150 tentara. Ini untuk memperkuat pasukan perdamaian PBB yang akan membantu pasukan Lebanon mengamankan Lebanon Selatan.
Advertisement
Kedatangan Prancis cukup mengundang pertanyaan. Sebab PBB menyatakan, pasukan perdamaian gelombang pertama yang berjumlah 3.500 personel baru akan tiba dua pekan mendatang. PBB juga melansir keberatan Israel akan kehadiran tentara perdamaian asal negara-negara yang tak memiliki hubungan diplomatik, termasuk diantaranya negara dari Asia.
Selain Prancis, dua negara barat yang telah menyatakan kesiapan mengirimkan tentara ke Lebanon adalah Finlandia dan Italia. Bahkan kapal perang Italia telah tiba di pelabuhan Kota Beirut sejak kemarin dengan membawa bantuan obat-obatan, tenda, serta peralatan medis. Bantuan kemanusiaan ini mengisyaratkan kesiapan pemerintah Italia menerjunkan pasukannya ke Lebanon bersama UNIFIL dalam waktu dekat.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)