Liputan6.com, Khan Younis: Bassam al Fara, seorang hakim pendukung Kelompok Hamas, ditembak di luar gedung pengadilan di Gaza, belum lama berselang. Penembakan itu mendapat reaksi dari warga Palestina dengan membakar ban dan memblokade ruas jalan di Kota Khan Younis.
Kelompok Hamas menuding Fatah sebagai dalang kejadian itu. Tapi Fatah membantah dan menurunkan pasukan keamanannya untuk mengecam penembakan itu serta menyerukan penghentian aksi kekerasan. Menanggapi peristiwa ini, Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh memperpendek lawatannya ke luar negeri untuk segera kembali ke Gaza.
Sejak menjadi Perdana Menteri Maret silam, Pemerintahan Haniyeh yang berasal dari Hamas, tak henti dirundung masalah. Bahkan, negara donor memutuskan aliran dana bagi otoritas Palestina karena Hamas menolak mengakui kedaulatan Israel serta meninggalkan cara-cara kekerasan dalam mencapai tujuan mereka.
Demi mendapatkan kembali bantuan asing, Palestina membentuk sebuah pemerintahan bersatu antara kelompok Hamas dan Fatah. Namun upaya tersebut menghadapi jalan buntu. Terlebih dalam dua hari terakhir aksi kekerasan antarfraksi meningkat. Sehingga peluang membentuk pemerintahan bersatu makin sulit. Sejak Maret, 40 orang telah menjadi korban konflik antara Hamas dan Fatah. Terakhir, Hamas dituduh melancarkan tembakan kepada anggota Fatah saat berunjuk rasa di selatan Jalur Gaza [baca: Dunia 60 Detik] .(BOG)
Kelompok Hamas menuding Fatah sebagai dalang kejadian itu. Tapi Fatah membantah dan menurunkan pasukan keamanannya untuk mengecam penembakan itu serta menyerukan penghentian aksi kekerasan. Menanggapi peristiwa ini, Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh memperpendek lawatannya ke luar negeri untuk segera kembali ke Gaza.
Sejak menjadi Perdana Menteri Maret silam, Pemerintahan Haniyeh yang berasal dari Hamas, tak henti dirundung masalah. Bahkan, negara donor memutuskan aliran dana bagi otoritas Palestina karena Hamas menolak mengakui kedaulatan Israel serta meninggalkan cara-cara kekerasan dalam mencapai tujuan mereka.
Demi mendapatkan kembali bantuan asing, Palestina membentuk sebuah pemerintahan bersatu antara kelompok Hamas dan Fatah. Namun upaya tersebut menghadapi jalan buntu. Terlebih dalam dua hari terakhir aksi kekerasan antarfraksi meningkat. Sehingga peluang membentuk pemerintahan bersatu makin sulit. Sejak Maret, 40 orang telah menjadi korban konflik antara Hamas dan Fatah. Terakhir, Hamas dituduh melancarkan tembakan kepada anggota Fatah saat berunjuk rasa di selatan Jalur Gaza [baca: Dunia 60 Detik] .(BOG)