Liputan6.com, Wina Sultan Moulay Ismail dari Maroko tak hanya punya reputasi tanpa ampun di medan tempur. Konon, ia juga menjadi pemegang rekor pria terbanyak yang memiliki anak.
Guinness Book of World Records bahkan mencatat, Sultan Ismail adalah ayah dari 888 anak, pemilik jumlah keturunan terbesar sepanjang sejarah yang dapat diverifikasi.
Sementara, berdasarkan laporan Dominique Busnot, seorang diplomat Prancis yang sering bepergian ke Maroko, sang sultan sebenarnya memiliki 1.171 anak dari 4 istri dan 500 selir pada 1704. Kala itu Moulay Ismail berusia 57 tahun, dan telah memerintah selama 32 tahun.
Mungkinkah?
Sejumlah peneliti mengklaim, itu tak masuk akal. Salah satu alasannya, fase subur perempuan terbatas tiap bulannya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, baru-baru ini, para ilmuwan mengembangkan simulasi komputer untuk melihat berapa kali Ismaïl harus melakukan hubungan seksual setiap harinya untuk memiliki 1.171 anak dalam 32 tahun.
Hasilnya masuk akal, jika, sang pemimpin berhubungan dengan para istri dan selir, sekali dalam sehari, dalam 32 tahun.
"Kami berusaha sekonservatif mungkin dengan kalkulasi kami," kata pemimpin studi Elisabeth Oberzaucher, antropolog dari University of Vienna, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Kamis (27/2/2014)
Simulasi tersebut didasarkan pada berbagai model konsepsi. Misalnya, satu set simulasi mengasumsikan periode menstruasi perempuan tidak sinkron, sementara simulasi lain mengandaikan sebaliknya.
Faktor lain, termasuk kondisi sperma sang sultan saat membuahi sel telur perempuan pada usianya. Juga bagaimana perempuan seringkali terlihat lebih menarik secara seksual di masa paling subur.
Simulasi menunjukkan Sultan Ismail harus melakukan hubungan intim rata-rata 0,83-1,43 kali per hari untuk menjadi ayah dari 1.171 anak selama 32 tahun. Dengan itu, ia tak butuh 4 istri dan 500 selir untuk melakukannya. 'Hanya' 65 sampai 110 perempuan.
Meski berdasarkan sejumlah model konsepsi yang digunakan para peneliti menunjukkan bahwa Sultan Ismail mungkin menjadi ayah dari lebih dari seribu anaknya, "hasil dari masing-masing simulasi sangat berbeda satu sama lain," kata Oberzaucher.
"Ini menggarisbawahi pentingnya memilih model yang tepat dalam studi reproduksi. Untuk mempelajari tipe perempuan dalam kalkulasi, siklus mereka dan kebiasaan seksual."
Temuan Oberzaucher dan para koleganya dijelaskan lebih rinci dalam jurnal PLOS ONE edisi 14 Februari 2014.
Melamar Putri Raja Prancis
Â
Sultan Ismail, yang memerintah dari 1672 sampai 1727 adalah sultan besar pertama dari Dinasti Alaouite di Maroko -- wangsa yang memerintah hingga saat ini. Ia mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad -- Rasul junjungan umat Islam.
Sang sultan mewarisi tahta dari saudara tirinya, Al-Rashid yang tewas akibat terjatuh dari kuda. Di usia 26 tahun, Moulay Ismail mewarisi kesultanan yang lemah akibat pertempuran antarsuku dan sengitnya perebutan singgasana. Ia diakui sebagai pemimpin Maroko terbesar.
Masa kepemimpinannya adalah yang terpanjang di Maroko. Sultan Ismail mengendalikan pasukan yang terdiri dari 150 ribu tentara. Ia juga dikenal haus darah -- pemerintahannya memajang 400 kepala di Kota Fez, kebanyakan adalah komandan musuh. Lalu, 55 tahun berikutnya dalam kepemimpinan sang sultan, lebih dari 300 ribu orang tewas, tak termasuk yang meregang nyawa di medan tempur.
Selama pemerintahan Moulay Ismail, ibukota Maroko telah dipindahkan dari Fez ke Meknes. Seperti halnya Raja Louis XIV dari Perancis, sultan memulai pembangunan sebuah istana megah dan beragam monumen lain.
Pada 1682 ia mengirim Mohammed Tenim sebagai duta untuk Louis XIV, bahkan mengajukan lamaran dengan anak perempuan sang raja yang cantik, Marie Anne de Bourbon. Marie Anne menolak. (Raden Trimutia Hatta)
Advertisement