Liputan6.com, Moskow- Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil langkah militer atas konflik internal di Ukraina yang saat ini belum mereda. Putin mengirimkan ribuan tentara ke Crimea, Ukraina dengan alasan untuk melindungi warga negaranya di sana.
Namun tindakan Putin ini ditengarai sebagai upaya untuk membentuk reinkarnasi dari Uni Soviet atau Uni Soviet baru. Hal itu dipaparkan dalam tajuk opini di laman CNN yang ditulis Ulrich Speck, Selasa (4/3/2014).
Rusia dan Ukraina merupakan negara pecahan Uni Soviet. Rusia dikenal sebagai negeri pewaris utama Uni Soviet. Dan Crimea disebut-sebut sebagai pembuka bagi Rusia untuk merealisasikan hal tersebut.
Advertisement
Ulrich menjelaskan, Rusia ingin membuat sebuah kesatuan seperti Uni Soviet yang dikendalikan negara tersebut. Hal ini bertujuan untuk membentuk sebuah tatanan baru yang memberikan pengaruh terhadap internasional.
Dia mencontohkan kesamaan upaya saat Rusia bersengketa dengan Georgia pada 2008 dan Ukraina saat ini. Yakni sama-sama mengirim tentara. Rusia pernah menempakan pasukan militer di Abkhazia dan Ossetia Selatan, Georgia. Hal itu dilakukan saat perang Rusia dan Georgia pada 2008. Perang kemudian dimenangkan Rusia. Abkhazia dan Ossetia Selatan kemudian menjadi negara merdeka.
"Rusia hingga saat tak pernah mengakui kemerdekaan Ukraina pada 1991. Ini yang menjadi alasan kenapa Ukraina terus dipengaruhi Rusia," tulis Ulrich.
Selain itu, dengan tumbangnya Presiden Viktor Yanukovych, maka secara otomatis Ukraina akan menjalin hubungan dengan Uni Eropa. Rusia, menurut Ulrich, jelas tidak suka dengan kondisi tersebut. Karenanya, Moskow mengirimkan tentaranya ke Ukraina.
"Jatuhnya Yanukovych dan kemenangan pihak oposisi Ukraina membuat cengkeraman Rusia di negara tersebut hilang. Rencana besar Rusia terancam hancur," sebut Ulrich.
Lebih jauh menurut Ulrich, konflik di Ukraina saat ini bisa menjadi momen yang tepat bagi Rusia untuk membuat negara yang disegani di kawasan. Ketika Rusia sukses melancarkan misinya di Ukraina, maka otomatis negara di sekitar akan menghormati Rusia.
"Keamanan perbatasan dan kedaulatan merupakan yang utama bagi sebuah negara. Jika Rusia mampu mengendalikan hal itu di negara lain, maka semuanya akan berjalan mulus," kata Ulrich, dalam argumentasinya.
Hingga saat ini, Rusia masih menempatkan tentaranya di Crimea. Rusia diprediksi tidak akan terburu-buru menarik pasukannya sampai keamanan warga negara mereka aman.
Moskow juga mengklaim pengiriman pasukan juga karena diminta Presiden Ukraina terguling Viktor Yanukovich. Perwakilan Rusia, Vitaly Churkin dalam rapat Dewan Keamanan di Markas PBB, New York mengatakan, Ukraina berada di ambang perang saudara. Sebab warga sipil dianiaya sekelompok orang lantaran berbicara menggunakan Bahasa Rusia.
Negara-negara bekas Uni Soviet
Pada Desember 1991, Uni Soviet bubar dan terpecah menjadi 15 negara baru. Di bawah pemerintahan Mikhail Gorbachev, program restrukturisasi yang disebut glasnost dan perestroika dan awalnya ditujukan untuk memperkokoh Uni Soviet itu justru malah menimbulkan efek yang cukup besar untuk meningkatkan kekuatan masing-masing republik, sehingga menyebabkan gelombang perpecahan dan akhirnya memaksa Uni Soviet untuk bubar.
Kelimabelas negara baru pecahan Uni Soviet itu terbagi menjadi 5 kelompok di bawah ini. Tiap-tiap wilayah memiliki ciri khas masing-masing, tidak hanya berdasarkan ciri geografis dan budaya saja, tetapi juga sejarah wilayah tersebut yang berkaitan dengan Rusia.
1. Negara-negara Baltik: Estonia, Latvia, dan Lituania
2. Eropa Timur: Belarus, Moldova, dan Ukraina
3. Kaukasus Selatan: Armenia, Azerbaijan, Georgia
4. Asia Tengah: Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan
5. Rusia: Rusia
(Shinta Sinaga)
 Baca juga: