Liputan6.com, Crimea - Dua juta warga Crimea bakal menentukan nasibnya hari ini: tetap menjadi bagian dari Ukraina yang tengah bergejolak ataukah memilih untuk lepas dan bersatu dengan Rusia. Namun referendum yang didukung oleh Russia ini dicap ilegal oleh pemerintah Ukraina di Kiev dan negara-negara barat pendukungnya.
Referendum bakal berlangsung Minggu (16/3/2014), pukul 08.00 waktu setempat hingga selama 12 jam ke depan. Hasil perhitungan suara bakal keluar dalam 10 hari.
Melalui referendum ini, para pemilih diharapkan dapat merapat dan memilih untuk bersatu dengan Rusia -- meskipun keputusan ini nanti bakal memicu sanksi dari Amerika Serikat dan Eropa.
Seperti dikutip dari laman ABC News, warga Crimea terbagi menjadi 2 bagian. Sebagian menilai, bergabung dengan Rusia bakal memperbaiki hidup mereka. Dan sebagian lain mencap, referendum itu tidak lebih dari perebutan kekuasaan oleh pihak-pihak di Kremlin, Rusia yang tengah berencana untuk mengeksploitasi ekonomi dan militer Ukraina.
Berdasarkan surat suara yang telah diterbitkan sebelum referendum, warga Crimea bakal diminta untuk memilih satu di antara 2 pilihan -- yang keduanya menyatakan, sama-sama tak menolak kontrol oleh Rusia.
Namun, seperti dikutip dari situs BBC, penduduk asli Krimea, Crimean Tatars, melakukan boikot dan menyatakan kesetiaannya pada Ukraina.
Sementara itu, meski dingin mengisi pagi di sebuah sekolah menengah atas di Simferopol, warga telah nampak mengantre untuk memberikan suaranya. Di sana lah Presiden Rusia Vladimir Putin datang meninjau jalannya referendum.
"Saya datang pada hari yang meriah ini untuk kepentingan Crimea dan warga Crimea," kata Vladimir.
Ingin Lepas
Baca Juga
Berdasarkan hasil survei yang pernah diadakan oleh Institut Penelitian Politik dan Sosiologi Republik Crimea, 78 persen rakyat Crimea dan Sevastopol akan memilih untuk bergabung dengan Rusia saat pemilihan nanti. Lalu 85 persen rakyat di kota Sevastopol juga meyakini mereka seharusnya bergabung dengan Rusia.
Dalam survei itu, juga diketahui sebanyak 97 persen responden di kota Sevastopol dan Crimea memandang negatif situasi di Ukraina usai mantan Presiden Yanukovich digulingkan parlemen. 84 Persen penduduk di kedua area itu menyatakan Ukraina saat ini tengah mengalami sebuah krisis.
Sementara 83 persen responden di Crimea menolak pemerintahan baru yang dibentuk, setelah menggulingkan mantan Presiden Yanukovich. (Yus Ariyanto)
Advertisement
Baca juga: