Liputan6.com, Canberra - Musibah memang tak bisa ditolak. Kapan saja bisa terjadi. Bahkan terjadi saat hendak menikmati keindahan pemandangan dari ketinggian melalui olahraga ektrem skydiving atau terjun payung.
"4 Pria dan wanita dalam penerbangan skydiving tewas, ketika sebuah pesawat ringan jatuh dan terbakar di sebuah lapangan udara utara dari Brisbane Sabtu pagi ini," demikian seperti diberitakan News.com.au, Sabtu (22/3/2014).
Cessna 206 jatuh di Bandara Caboolture, tak lama setelah lepas landas sekitar pukul 11.30. Tidak ada korban, menurut saksi mata.
Seorang pilot laki-laki, 2 instruktur terjun payung laki-laki dan 2 penerjun payung laki-laki serta perempuan berada di pesawat. Mereka berangkat dari sebuah perusahaan skydiving, yang berbasis di dekat Pulau Bribie.
Pilot lain di Bandara Caboolture mengatakan: pilot yang tewas adalah seorang pria muda yang benar-benar baik.
Inspektur Michael Brady mengatakan, pesawat jatuh saat tinggal landas, menghantam tanah di ujung landasan. Tapi penyebabnya belum diketahui.
Brady dikonfirmasi anggota keluarga dari orang-orang di kapal di dekatnya tetapi mengatakan, dia tidak yakin jika mereka telah menyaksikan kecelakaan itu.
"Ada sejumlah saksi kecelakaan itu, mereka berada di lapangan udara pada saat itu," papar Brady.
"Saya pikir itu adalah tragedi bagi semua orang yang terlibat, terutama orang-orang terkasih dan keluarga dari orang yang terlibat," pungkas Brady.
"Saya mendengar ledakan besar," ujar Craig McKinlay, pria berusia 41 tahun yang berdiri hanya 400 meter dari tempat pesawatnahas itu 'mencium' tanah.
"Aku berbalik, dan beberapa detik kemudian ... hanya ada bola api hitam besar berbaur warna merah. Aku bergegas ke sana dan sampai ke pagar pembatas, pesawat itu hanya sekitar 50 meter. Puing pesawat itu tersebar, inti tengah pesawat itu patah, benar-benar ringsek, mesinnya saja yang tersisa," jelas Craig.
Craig juga menyebutkan, panel putih dari pesawat terlempar sejauh 10 meter dari reruntuhan.
Saksi lainnya, Craig Thomas bahkan buru-buru mendarat saat sedang terjun payung. Ia penasaran melihat ada pesawat terbakar.
"Sebelum aku mendarat dan berbalik aku melihat api. Apinya begitu besar. Tak ada yang bisa selamat dari kobaran api itu," kata Thomas.
" Aku bahkan tidak tahu apakah itu pesawat atau helikopter. Apinya membumbung tinggi. Ketika aku mendarat, mobil dengan sirine ada di mana-mana... semua orang berlari keluar dengan alat pemadam mereka," ungkapnya.
Lanjut Thomas, dia yakin berada sekitar 500 meter dari udara ketika kecelakaan itu terjadi. Tapi tidak melihat atau mendengar apa-apa ketika itu.
"Sepertinya bagian hidung pesawat yang jatuh pertama," ucap Thomas.
Mark Thompson dari Caboolture Warplane Museum mengatakan, dia dan orang lain berlari 200 meter ke lokasi kecelakaan dengan alat pemadam kebakaran, setelah mendengar bunyi dentuman dan melihat asap.
"Ketika aku sampai di sana, aku melakukan yang bisa kulakukan. Hanya ada reruntuhan di tanah. Tak ada yang utuh, benar-benar terbakar," jelas Thompson.
Dia mengatakan kobaran api membumbumbung hingga 4 hingga 5 meter di udara.
Peneliti forensik kecelakaan, polisi dan Biro Keselamatan Transportasi Udara pun sudah bersiaga di lokasi dan melanjutkan investigasi hari ini.
Advertisement