Liputan6.com, Seoul - Tak ada yang menduga perjalanan wisata dengan menumpang Kapal Feri Sewol, yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi duka. Kapal Feri besar yang ditumpangi sekitar 475 orang itu tiba-tiba saja terbalik dan menenggelamkan para penumpangnya pada Rabu 16 April 2014.
Musibah itu pun membuat para kerabat diterpa duka yang mendalam. Salah satunya Nenek Kim Ok Young. Ia begitu menyesal karena telah memaksa cucunya, untuk pergi berlibur ke pulau wisata Jeju, Korea Selatan. Padahal ia tahu cucunya benci naik feri.
Mungkin sudah pertanda ajal akan menjemput Ji-yoon, namun sang nenek tak menyadarinya. Sebab Ji-yoon sempat menolak untuk ikut wisata itu.
"Dua hari sebelum ia berangkat pada perjalanan ini, dia mengatakan kepada kami tidak ingin pergi. Karena dia tidak ingin melakukan perjalanan naik feri," kata Kim yang mengenakan mantel cokelat dan kacamata berbingkai merah.
"Kami mengatakan kepadanya bahwa dia akan menyesal jika tidak pergi. Sekarang kami yang menyesal. Kami tak seharusnya memaksa dia pergi," ungkapnya sedih.
Advertisement
Menurut penuturan Nenek Kim, cucunya Park Ji-yoon yang merupakan murid Danwon High School, akhirnya menuruti kemauannya untuk pergi berlibur dengan keadaan terpaksa.
Lebih dari 12 jam setelah feri itu berangkat bersama 300 lebih teman sekelasnya, beber Nenek Kim, Ji-yoon pun menghubunginya. Tapi, suaranya gemetar.
Nenek Kim yang merawat Ji-yoon karena orangtuanya bekerja, mengatakan ia berbicara 90 menit sebelum kapal tiba di tujuan di Pulau Jeju. Dan Ji-yoon mengatakan feri belum mencapai Jeju.
Saat itulah nenek berusia 74 tahun merasa ada yang aneh, ia merasa panggilan cucunya kali ini berbeda, "Kapal itu tenggelam. Nenek, sepertinya aku akan mati. Kapal tenggelam dan aku berpegangan pada besi."
Setelah penggalan kalimat itu, sambungan telepon dari Ji-yoon pun terputus.
"Aku kemudian menghubungi balik cucuku sekali lagi," tutur Nenek Kim saat menunggu di auditorium Danwon High School di Ansan, untuk mendapatkan berita baru.
Dalam panggilan itu, ungkap Nenek Kim, Ji-yoon hanya mengatakan "Aku harus pergi," kemudian telepon terputus.
Lalu pada pukul 10.09, Ji-yoon mengirim teks dengan karakter Korea tunggal, yang tak ada artinya. Sejak itu, tak ada lagi komunikasi darinya.
Mendengar kabar Kapal Sewol tenggelam, orangtua Ji-yoon pun langsung menuju ke Jindo. Mereka membawakan pakaian kering untuk putri mereka, tetapi kabar putrinya belum ada kejelasan.
Sebelumnya, seorang ayah dari 325 siswa yang berada di kapal feri terbalik itu, juga menuturkan dirinya yakin beberapa orang bertahan dalam kantung penyelamat. Termasuk anaknya.
"Anakku mengirimiku pesan teks (SMS), 'aku masih hidup, ada siswa lain yang hidup, tolong selamatkan kami dengan cepat'," beber sang ayah saat menemani keluarganya ke lokasi bencana pada Kamis, seperti dilansir Reuters. [Baca Juga: Feri Tenggelam di Korsel, Ayah Korban: Anakku Mengirim SMS]
Emosi Kerabat
"Lebih dari 300 orang hilang dari 475 orang di Kapal Sewol," kata pemerintah Korea Selatan.
Feri tenggelam dalam perjalanan ke Jeju. Media lokal termasuk YTN TV melaporkan kapal feri besar itu telah berlayar dalam kondisi cuaca berkabut.
325 Orang di antara penumpang kapal adalah siswa Danwon High School di Ansan, dan 14 lainnya staf pengajar di sekolah itu.
Daftar nama telah diposting pada papan tulis besar di sekolah. Mereka yang ditemukan ditulis dengan spidol berwarna. Tapi tidak dengan nama Ji-Yoon.
Di lantai 4 sekolah, di auditorium, banyak kerabat dan teman-teman penumpang feri berkerumun. Beberapa dari mreka terlihat emosi, marah kepada pihak sekolah dan pemerintah karena kurangnya informasi.
Sebab hampir 11 jam setelah feri mulai tenggelam belum ada kejelasan mengenai penyebab dan data penumpang kapal.
Salah satu orangtua bahkan merobek sepotong dari daftar nama, mendesak pejabat sekolah untuk memperbaharui data dengan daftar orang-orang yang dirawat di rumah sakit.
Siswa dari sekolah lain, juga memadati auditorium untuk menunggu berita teman mreka yang hilang. Mereka menaruh secarik pesan di meja teman-teman mereka.
Sekolah Danwon didirikan pada tahun 2005, itu berarti sudah banyak siswa yang lulus dari sekolah tersebut. Tahun ini, ada 388 siswa dan hampir semuanya ada di kapal feri Sewol yang tenggelam.
Menurut situs sekolah Danwon, sekolah itu akan ditutup hari Kamis dan Jumat, 17-18 April 2014.
Dilansir dari Korea Herald, korban tewas berjumlah 9 orang dari total 476 penumpang. 176 Orang telah diselamatkan, 287 lainnya masih belum diketahui nasibnya.
Upaya pencarian di hari kedua ini pun masih dilakukan, guna membebaskan orang-orang yang diyakini terperangkap di bawah kapal terbalik itu. (Raden Trimutia Hatta)