Liputan6.com, Seoul - Tim penyelamat berjuang keras melawan hembusan angin dan gelombang, pada upaya pencarian korban yang dilakukan hari Jumat pagi waktu setempat. Mereka mencari ratusan orang diyakini masih terperangkap di dalam Kapal feri Sewol yang tenggelam di lepas pantai selatan Korea Selatan 2 hari lalu, pada 16 April.
Seperti dilansir dari Korea Herald, Jumat (18/4/2014), Angkatan Laut dan tim penyelam mencoba memasuki kapal terbalik itu lebih dari 10 kali. Dalam upaya itu, mereka berharap mendapatkan respons dari hampir 300 orang --yang sebagian besar siswa Danwon High School, namun terhambat oleh visibilitas bawah air yang buruk dan arus kuat.
Para pejabat mengatakan, operasi menyelam dihentikan sekitar pukul 13.00 pada hari Kamis karena cuaca buruk, tapi penyelam dan robot kembali ke laut beberapa jam kemudian, sekitar pukul 20.40.
Pada Jumat pukul 04.40, 25 dari 475 penumpang kapal feri Sewol seberat 6.325 ton telah dikonfirmasi tewas. Seentara 179 lainnya telah diselamatkan. Kini tersisa 271 yang nasibnya masih belum diketahui.
Sebanyak 325 penumpang adalah mahasiswa dari Danwon High School di Ansan, tepat di sebelah selatan Seoul. Mereka sedang dalam perjalanan wisata sekolah ke Pulau Jeju.
75 Siswa dipastikan telah diselamatkan, 65 sedang dirawat di Korea University Ansan Hospital. Meskipun tidak ada cedera serius yang dilaporkan, siswa dideteksi mengalami tanda-tanda kecemasan yang ekstrim dan stres.
Baca Juga
Sejauh ini, 169 kapal dan 29 pesawat dikerahkan di daerah tersebut. Crane untuk membalikkan kapal sedang dalam perjalanan. Crane pertama dijadwalkan tiba pada Jumat pagi.
Kunjungan Presiden
Advertisement
Presiden Korea Selatan Park Geun - hye mengunjungi lokasi tenggelamnya Feri Sewol pada Kamis 17 April. Memantau jalannya operasi pencarian dan penyelamatan korban kapal Sewol yang terhambat oleh kondisi cuaca yang semakin buruk.
Dalam kunjungan tersebut, presiden berusaha untuk meyakinkan anggota keluarga penumpang Kapal Sewol, bahwa pemerintah akan melakukan yang terbaik dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Namun, Park mendapati reaksi beragam.
Beberapa orang memohon padanya untuk melakukan pencarian maksimal, yang lainnya berteriak-teriak di sebuah gimnasium di Jindo Island, agar keluhannya didengar.
Berhadapan dengan kerumunan yang gelisah, Park pun memberitahu pejabat pemerintah untuk memastikan bahwa keluarga diberi informasi yang akurat dalam setiap operasi penyelamatan. Dia juga mengatakan, mereka yang menjadi penyebab kecelakaan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Jika apa yang kami janjikan di sini hari ini tidak disadari, semua orang di sini perlu mengundurkan diri, sehingga tidak ada kesempatan (bahwa hanya ada janji-janji)," kata Park merujuk pada pejabat pemerintah yang berdiri di belakangnya.
Sebelumnya bertemu dengan para kerabat penumpang Kapal Sewol, Park juga mendatangi lokasi tenggelamnya kapal dan menyemangati personel penyelamat.
"Saya sangat prihatin bahwa upaya penyelamatan lambat, meskipun begitu banyak personel dan peralatan dikerahkan," ujar Park sambil meminta petugas penyelamat untuk melakukan yang terbaik untuk menemukan korban.
"Cuaca dingin di laut, dan semakin dingi berada di bawah air. Jika ada yang selamat, setiap menit dari mereka sangat penting," imbuhnya.
Pada kesempatan itu, park juga berulang kali menekankan upaya penyelamatan yang maksimal. ia pun mengungkapkan bahwa pemerintah juga telah mendirikan pusat respons, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Chung Hong -won .
Selain itu, pemerintah sedang mengkaji rencana untuk menunjuk Jindo Island dan wilayah pesisir terdekat sebagai zona khusus bencana.
"Pemerintah sedang mempertimbangkan Jindo Island dan daerah lepas pantai zona khusus bencana, untuk mengamankan dana yang diperlukan untuk operasi penyelamatan dan perawatan yang lebih baik bagi para korban," kata seorang pejabat dari Kementerian Keamanan dan Administrasi Publik, sebagaimana dikutip oleh kantor berita lokal.