Liputan6.com, Kolkata - Tumbuh di kawasan kumuh 'lampu merah' yang dihimpit kemiskinan, Rajib Roy tak pernah mengenal siapa ayah kandungnya. Namun, putra seorang mantan pekerja seks komersial (PSK) itu tak pernah berhenti bermimpi. Ia ingin menjadi pemain sepakbola dan membahagiakan sang bunda.
Sejak kecil, Rajib rajin mengasah keterampilannya di jalanan sempit di lingkungan tempatnya tinggal, telanjang kaki dan lapar.
Kini, di usianya yang ke-16 tahun, mimpi itu mulai terwujud. Rajib terpilih untuk berlatih di klub bola papan atas Inggris, Manchester United.
Ia membuat pihak 'Setan Merah' terkesan dengan penampilannya di turnamen sepakbola sekolah di Goa bulan lalu. Sebagai striker, ia punya kemampuan menggiring bola yang mumpuni. Bersama 11 pemain muda berbakat lain asal India, Rajib segera tiba di Old Trafford untuk menjalani pelatihan selama 15 hari.
Ibu Rajib adalah mantan PSK yang kini menjadi pekerja di pabrik sepatu dengan gaji sekitar Rp 300 ribu per bulan. "Orang-orang terus bertanya, bagaimana rasanya menjadi anak ibuku (mantan PSK) tapi bisa mencapai prestasi seperti ini. Aku tak tahu bagaimana harus menjawabnya," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Sabtu (19/4/2014).
Rajib hanya mengenal sosok ibu sepanjang hidupnya. "Namun, saat pelatihku berkata, aku dipilih Manchester United, rasanya seperti aku diakui sebagai anak oleh ayahku."
Remaja berbakat itu sehari-hari tinggal di sebuah kamar berukuran kecil bersama ibunya, Rekha dan adiknya di kawasan Sonagachi, pinggiran Kalkuta -- tempat di mana ribuan perempuan dipaksa dan terpaksa menjual tubuhnya demi bisa melanjutkan hidup.
Poster pemain Chelsea, Oscar -- yang punya latar belakang sama dengan Rajib: miskin -- terpampang di dinding. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, remaja berperawakan kurus dan tinggi itu kerap menahan lapar demi sepakbola.
"Dengan uang makan yang diberi ibuku, aku tak menggunakannya untuk membeli makanan. Yang kubeli malah sepatu dan kaus bola. Memang sulit untuk berlatih dalam kondisi lapar, tapi aku bertekad untuk meraih mimpiku," kata dia kepada Times of India.
Awal ketertarikan rajib pada sepakbola bermula saat ia masih belia. Ia kagum saat menonton anak-anak yang lebih besar menggocek bola. "Saat itu aku berpikir, kalau besar nanti, aku ingin seperti mereka dan mulai bermain. Lalu, saat aku melihat pertandingan di televisi, aku ingin menjadi pemain hebat dan mendedikasikan diriku untuk mewujudkan mimpi itu."
Baca Juga
Andil Sang Ibu
Advertisement
Mimpinya yang mulai terwujud tak lepas dari andil perempuan yang melahirkannya. Dua tahun lalu, sang ibu mengirimkannya ke Rahul Vidya Niketan, sekolah untuk anak-anak PSK -- di mana Rajib ambil bagian dalam proyek sepakbola yang bertujuan mendekatkan mereka dengan masyarakat lain.
Rajib lantas menjadi bagian dari tim West Bengal yang menjuarai National Slum Soccer Tournament di Nagpur awal tahun ini. Bulan lalu, ia dan 30 pemain bola lainnya terpilih untuk berlaga di Goa, yang didatangi Manchester United.
Rajib berharap, ia bisa bermain di klub papan atas dunia. Sebagai pemain profesional. Untuk membahagiakan ibunya, dan menyekolahkan adiknya yang berusia 9 tahun ke sekolah berbahasa Inggris. Demi masa depan mereka yang lebih baik.
Teman Rajib, Arko Dey (17) yang ibunya menggantungkan hidup dengan berjualan penganan dari kentang dan tepung, juga terpilih berlatih di klub Manchester United.
Arko mengatakan, ibunya menangis saat mendengarnya terpilih ke Inggris. Meski, "Selama ini kami hidup dalam kemiskinan, dan ibuku tak pernah tahu apa itu Manchester United."
Pendiri Durbar Mahila Samanwaya Committee, Dr Samarjit Jana yang membuat program sepakbola untuk bertujuan meningkatkan taraf hidup PSK dan keluarganya mengaku bangga, dua dari 11 bocah yang terpilih berasal dari kawasan yang ia bina.
"Ada 5 juta pekerja seks di India, dan kami hanya bisa memberikan kesempatan dan peluang pada sebagian kecil dari mereka," kata pria mulia itu.
"Jika mereka punya kesempatan, mereka punya kesempatan untuk sukses. Dan aku yakin, anak-anak lain dengan latar belakang yang sama, akan mengikuti mereka (Rajib dan Arko)." Untuk berani bermimpi, dan bangkit meraihnya. (Rizki Gunawan)