Liputan6.com, Jindo - Eun-su Choi selamat saat Kapal Sewol terbalik. Namun, hatinya dipenuhi rasa sesal. Ia mengaku sudah berusaha menolong para siswa yang terjebak, namun arus deras menyapu mereka yang tak beruntung.
"Kami mencoba menarik mereka...tapi sangat sulit. Kami lalu memutuskan untuk memanjat ke tempat yang lebih tinggi. Tapi kini, aku menyesali pilihan itu...," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Rabu (23/4/2014).
Eun-su Choi adalah sopir truk dalam Kapal Sewol yang celaka di tengah perjalanan dari Incheon menuju Pulau Jeju, Rabu 16 April 2014. Ia adalah satu dari 174 korban yang berhasil diselamatkan. Sementara, 113 orang dipastikan tewas, 190 lainnya dinyatakan hilang. Dari 476 orang yang ada di dalam feri itu, 339 di antaranya adalah murid dan guru yang sedang dalam perjalanan wisata.
Banyak di antara korban terjebak di sisi kapal yang terbaring miring, dan akhirnya tenggelam hanya dalam 2 jam setelah sinyal darurat dikirim.
Sudah ratusan kali Eun-su Choi bolak-balik naik feri dari Incheon ke Jeju. Saat tragedi terjadi, ia baru saja sarapan dan naik ke dek untuk merokok. "Tiba-tiba kapal miring dan mulai tenggelam. Kontainer-kontainer mulai berjatuhan ke laut. Aku merasa, Sewol akan segera terbalik," kata dia.
"Aku berpegangan dan mencoba menyelamatkan sejumlah siswa di kafetaria. Bertopang pada lutut, mereka tergelincir ke arah meja kasir."
Eun-su Choi mengaku, ia dan sejumlah orang lain berusaha menarik mereka dengan selang pemadam kebakaran. "Namun terlalu sulit, kami memutuskan untuk memanjat naik, tapi kini aku menyesalinya."
Ia menambahkan, salah satu temannya berhasil menyelamatkan seorang gadis 6 tahun, setelah ia diberikan oleh orang tuanya ke penumpang-penumpang lain, dari tangan ke tangan, dari dalam feri.
Eun-su Choi berpendapat, orangtua si bocah dan penumpang lain, yang gagal menyelamatkan diri, adalah "orang-orang paling berani." Mereka semua tewas tenggelam setelah melakukan tindakan mulia itu.
Salah siapa?
Laporan menyebut, para penumpang diminta tetap berada di kamar dan kabin saat kapal mulai celaka. Mereka yang mematuhi perintah tersebut justru tak terselamatkan.
Panggilan darurat pertama dari kapal disampaikan lewat ponsel oleh seorang bocah laki-laki dengan suara bergetar. Kemudian, 20 permintaan tolong dari anak-anak lain juga diterima dari Sewol.
Seorang awak kapal menyebut, usaha untuk mengerahkan sekoci tak berhasil karena Sewol terlalu miring. Hanya 2 dari 46 sekoci yang dikerahkan.
Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, mengutuk tindakan pengabaian awak kapal. Dan menyebutnya 'mirip dengan pembunuhan'.
Sementara, upaya pencarian masih dilakukan. Para penyelam memasuki kapal yang sepenuhnya telah tenggelam di dalam air. Terutama di bagian restoran, di mana diyakini ada banyak penumpang yang terjebak.
Robot bawah laut juga dikerahkan dari Pelabuhan Jindo pada Selasa pagi. Untuk membantu proses evakuasi.
Namun, operasi penyelamatan selalu berujung duka, ketika kapal-kapal polisi dan SAR kembali dengan jasad beku yang mulai terdekomposisi. Sementara, sejumlah keluarga dan kerabat para penumpang, mau tak mau harus menerima kenyataan pahit: kemungkinan besar tak ada korban selamat yang ditemukan. (Yus Ariyanto)