Liputan6.com, Seoul - Perdana Menteri Korea Selatan Chung Hong-won mengumumkan pengunduran dirinya. Ia mundur di tengah kritik atas lambannya penanganan pemerintah dalam insiden tenggelamnya kapal feri Sewol, 16 April lalu.
"Saya ingin mengundurkan diri lebih cepat, tetapi menangani situasi adalah prioritas utama. Dan saya berpikir itu adalah tindakan yang tanggung jawab sebelum saya pergi," kata Chung dengan muka suram seperti dilansir BBC, Minggu (27/4/2014).
"Namun saya memutuskan untuk mengundurkan diri sekarang, (agar) tidak lagi menjadi beban bagi administrasi," tandas pria berkacamata itu.
Hari ini para penyelam terus berjuang melawan kondisi cuaca sangat menantang, untuk mencoba mengambil lebih banyak mayat yang terperangkap dalam kapal feri itu. Seorang juru bicara penjaga pantai mengatakan ombak bergulung tinggi didorong angin kencang, sehingga menyulitkan upaya evakuasi.
"Situasinya sangat sulit karena cuaca, tapi kami melanjutkan upaya pencarian, menggunakan waktu di mana cuaca tenang yang terjadi sesekali," katanya. Dia menambahkan, 93 penyelam akan mengambil bagian dalam operasi hari ini.
Sehari setelah insiden terjadi, Chung dicemooh. Bahkan, seseorang warga melemparkan botol air minum kepadanya saat dia mengunjungi keluarga korban.
Kerabat korban berulang kali mengkritik pemerintah atas lambannya operasi penyelamatan.
Hingga kini para penyelam sudah mengangkat 183 jenazah dari kapal yang memuat 476 penumpang itu. Namun ratusan orang yang sebelumnya dinyatakan hilang kini diduga telah tewas.
Dalam insiden ini, sebanyak 174 penumpang selamat. Mereka mengalami trauma. Kenangan pahit yang sulit dilupakan terus menghantui mereka.
Kapal Sewol tenggelam pada 16 April, dalam perjalanan menuju Pulau Jeju. Kapal ini memuat memuat 476 penumpang yang umumnya siswa dan guru.
Sebelumnya Menteri Perikanan Korea Selatan dan komandan pengawas laut juga menjadi 'bulan-bulanan' para keluarga korban. Dua pejabat tinggi itu mendapat protes, hingga cacian dari para keluarga korban. (Raden Trimutia Hatta)