Liputan6.com, Seoul - Sebuah rekaman video menyayat hati dari dalam Kapal Feri Sewol yang tenggelam pada 16 Maret 2014 beredar di dunia maya. Rekaman itu berisi detik-detik terakhir aktivitas murid yang diyakini dari Danwon High School, sebelum Sewol tenggelam.
Seperti diberitakan IBTimes yang dilansir Jumat (2/5/2014), rekaman itu diyakini direkam oleh Park Su-hyeon dari telepon genggamnya. Remaja berusia 17 tersebut merupakan salah seorang murid sekolah tersebut.
Dalam rekamannya, Park menunjukkan ia sedang bersama beberapa murid di dalam sebuah ruang di Sewol. Ketika itu ia menyadari kondisi kapal semakin miring dan sebentar lagi tenggelam.
Dalam video dari kamera ponsel itu, ia bersama teman-temannya juga sempat selfie beberapa kali dan membuat lelucon. Sementara yang lainnya bertanya-tanya, apakah mereka akan membuat berita terkait kapal yang akan tenggelam itu.
"Apakah aku benar-benar akan mati?" kata seorang murid di menit kedua dalam video. Ketika itu video menunjukkan pukul 8.53.
2 Menit kemudian, kru kapal terdengar membuat panggilan darurat.
"Ini kita akan menjadi seperti Titanic," kata seorang siswa sambil menyanyikan lirik lagu dari film Titanic, ketika kapal mulai berhenti bergerak tak lama mendengar pengumuman itu.
Pada rekaman di sebuah ruangan yang diyakini kamar istirahat penumpang, para remaja itu juga terlihat bercanda-canda dengan menyatakan ingin mengambil gambar terakhir atau merekam kata-kata terakhir mereka di depan kamera.
"Ini menyenangkan," timpal murid lain yang belum diketahui identitasnya. Mungkin mereka sudah pasrah dengan situasi tersebut, tak tahu harus berbuat apa.
Dalam sela-sela bercandaan mereka, kemudian terdengar lagi pengumuman dari awak kapal di pengeras suara. Meminta agar para penumpang tetap berada di dalam kapal.
"Jangan bergerak dari lokasi Anda saat ini. Dan bersiaplah untuk situasi yang berbahaya," begitu bunyi salah satu pengumuman itu.
Advertisement
"Kami umumkan lagi: agar penumpang yang bisa memakai rompi penyelamat, silakan memakainya sekarang. Jangan pernah pindah dari tempat Anda," bunyi pengumuman itu terdengar lagi beberapa menit kemudian.
Mendengar pengumuman itu, salah satu remaja itu terdengar panik. "Apakah ini nyata? Serius, kapal ini bergoyang," teriak seorang siswa yang terdengar dalam rekaman video singkat berdurasi sekitar 1 menit 12 detik.
"Aku mau keluar dari sini," teriak murid lain.
"Aku juga, aku juga," kata yang lain berbarengan dengan nada panik.
Sementara orang suara ketiga terdengar menyemangati lainnya di tengah kepanikan teman-teman bahwa kapal akan segera tenggelam. "Kita harus bertahan hidup," kata dia.
Sebelum video itu berakhir, terdengar: "Kami semua selesai. Saya harus menyampaikan beberapa kata perpisahan sebelum aku mati," kata yang lain.
Video ini dirilis ayah Park, Park Jong-dae, yang menemukan ponsel itu di antara barang-barang anaknya. Setelah jenazah Park dievakuasi dari Sewol.
Ironis
Sementara terdengar pengumuman dari pengeras suara --yang entah dilakukan oleh kapten atau awak kapal lain-- agar para penumpang tak keluar kapal, ironisnya kapten kapal Lee Joon-seok justru terlihat ngacir saat kapal miring.
Kapten Lee, terlihat dalam video terpisah yang dirilis penjaga pantai, meninggalkan kapal dan melompat ke perahu penyelamat. Padahal ratusan penumpang masih berada di dalam Sewol ketika itu.
Pria 69 tahun itu bersama beberapa awak lain yang menyelamatkan diri, kini resmi jadi tersangka atas kelalaian tak menyelamatkan para penumpangnya. Ia dituduh menunda evakuasi penumpang dan meninggalkan penumpang yang terjebak di kapal yang sudah miring itu.
Jaksa menduga, ketika evakuasi akhirnya dilakukan kapal sudah dalam posisi terlalu miring. Terlalu berat menahan beban orang-orang yang akan keluar dalam waktu bersamaan.
Namun Lee mengatakan, ia sengaja menunggu waktu yang tepat untuk evakuasi. Karena khawatir penumpang bisa saja hanyut oleh arus laut dingin yang kuat.
Feri Sewol tenggelam di lepas pantai selatan Korea Selatan dalam perjalanan dari Incheon ke Pulau Jeju pada 16 April. 325 dari 476 orang di dalamnya adalah siswa di Danwon High School yang sedang dalam perjalanan wisata.
Dalam pencarian sejak 16 April hingga 2 Mei 2014, seperti dilansir dari Korea Times, jumlah korban tewas 226 orang. Dengan korban selamat 174 orang. Sementara ratusan penumpang lain belum diketahui nasibnya. (Yus)