Sukses

Kampanye Pilpres Mesir Dimulai, Pengguling Morsi Kandidat Kuat

Pilpres 26-27 Mei mendatang bertujuan memulihkan pemerintah yang dipilih setelah militer menggulingkan Morsi pada Juni tahun lalu.

Liputan6.com, Kairo - Mesir memulai kampanye pemilihan presiden pada Sabtu (3/5/2014) waktu setempat. Pemilu ini kemungkinan besar akan dimenangi mantan Panglima Militer Abdel Fattah al-Sisi yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi. Terutama setelah ledakan-ledakan bom mematikan menimbulkan ketegangan di negara itu.

Pemilu Presiden 26-27 Mei mendatang bertujuan memulihkan pemerintah yang dipilih setelah militer menggulingkan Morsi pada Juni tahun lalu.

AFP mewartakan, satu-satunya pesaing Morsi adalah Hamdeen Sabbahi dari kelompok kiri. Ia tampil sebagai tokoh oposisi yang mengklaim mewakili cita-cita dari pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan orang kuat Husni Mubarak, sementara pemerintah menindak tegas para pembangkang.

Abdel Fattah, yang populer karena menggulingkan Morsi, dianggap oleh para pendukungnya sebagai seorang pemimpin kuat yang dapat memulihkan stabilitas. Hanya saja, para lawannya khawatir pemerintahnya akan mengekang kebebasan yang telah diperjuangkan dalam pemberontakan pro-demokrasi 3 tahun silam.

"Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Mubarak adalah kebijakan-kebijakan yang saat dilakukan oleh pemerintah dukungan militer," kata Sabbahi dalam rapat kampanye di Kota Assiut di selatan negara itu.

"Tujuan kita adalah untuk memperoleh kepercayaan rakyat mengubah kebijakan-kebijakan korupsi, tirani dan kemiskinan," ucap Sabbahi dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi.

Sabbahi menduduki peringkat ketiga dalam pemilu tahun 2012. Namun saat ini peluang Morsi menang dianggap kecil. Terutama menghadapi dukungan berlimpah bagi Sisi, dengan banyak warga Mesir merindukan kembalinya stabilitas setelah tiga tahun unjuk rasa, aksi kekerasan sipil dan ekonomi yang terpuruk.

Jika Sisi menang, pria berusia 59 tahun ini akan memulihkan satu garis militer pada jabatan-jabatan penting negara itu yang diganggu oleh pemeritah sipil Morsi selama setahun berkuasa.

Pemerintah melancarkan tindakan keras terhadap para pendukung Morsi. Sekitar 1.400 orang, sebagian besar dari kelompok Islam, tewas dalam bentrokan-bentrokan di jalan dan ribuan orang lain dipenjarakan.

Satu pengadilan Kairo bahkan menghukum 102 pendukung Morsi hingga 10 tahun penjara karena terlibat kekerasan saat unjuk rasa. Sementara, satu pengadilan lain belum lama ini menghukum mati 683 orang, termasuk pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin Mohamed Badie karena aksi kekerasan yang menimbulkan korban jiwa pada Agustus lalu. Tindakan itu membuat marah masyarakat internasional.

Sejauh ini Sisi memang belum mengutarakan program pemilihannya. Ia menunggu sampai kampanye dimulai hingga berakhir pada 23 Mei mendatang. (ant)