Liputan6.com, Abuja - Pemerintah Nigeria akhirnya mengerahkan dua divisi (sekitar 50 ribu personel) tentara untuk memburu kelompok Boko Haram, yang menculik sekitar 200 siswi.
Pemimpin milter Nigeria Jenderal Chris Olukolade, seperti dilansir Reuters, Minggu (11/5/2014), mengungkapkan bahwa para prajurit tersebut dikirim ke perbatasan dengan Chad, Kamerun, dan Niger. Mereka juga diperintahkan untuk berkoordinasi dengan aparat keamanan lain.
Pemerintah Nigeria yang dipimpin oleh Presiden Goodluck Jonathan, mendapat kritikan keras karena dianggap sangat lamban dalam menangani penculikan besar-besaran yang terjadi pada 14 April 2014 itu. Pemerintah Nigeria sendiri baru bergerak pada awal bulan ini. Setelah Boko Haram menyatakan akan menjual gadis-gadis yang mereka culik.
"Fasilitas sinyal militer dan juga fasilitas komunikasi polisi Nigeria juga digunakan untuk mengkoordinasikan pencarian ini," ujar Olukolade.
Sejauh ini, Angkatan Udara setempat telah menerbangkan lebih dari 250 armadanya. Satuan tugas multinasional juga telah dikerahkan, Begitu juga dengan peralatan pengawas berikut 10 tim pencari.
Para ahli dari Inggris tiba di Nigeria yang tiba di Nigeria pada Jumat 8 Mei, menyarankan pemerintah dan pihak Amerika Serikat untuk segera memburu para penculik dan mengirimkan tim interdisipliner termasuk personel militer untuk membantu menyelamatkan para gadis tersebut.
Olukolade kemudian mengatakan, pasukan keamanan asing yang terlibat dalam pencarian itu tidak diberdayakan untuk melakukan operasi militer atau penangkapan.
Di sisi lain, Goodluck percaya para gadis yang diculik kelompok Boko Haram itu masih berada di Nigeria. Belum diangkut ke Kamerun.
"Para penyerang itu berbasis di daerah Sambisa Borno, sebuah kubu Boko Haram yang terletak dekat sekolah di mana gadis-gadis itu diculik," kata Goodluck.
Penculikan terjadi ketika ratusan siswi itu tengah menjalani ujian. Para militan mengangkut siswi-siswi itu menggunakan truk-truk dan menghilang di daerah terpencil sepanjang perbatasan Nigeria dengan Kamerun.
Kasus ini pun telah menjadi perhatian masyarakat internasional. Termasuk Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama. Istri Presiden Barack Obama ini meluapkan kemarahannya kepada Boko Haram.
"Apa yang terjadi di Nigeria bukan peristiwa lokal di negara tersebut tapi sudah menyita perhatian dunia. Ini seperti cerita yang kita lihat setiap hari di mana anak perempuan mempertaruhkan kehidupannya untuk mencapai cita-cita," jelas Michelle, seperti dikutip dari BBC.
Michelle mengaku sangat miris bahwa banyak perempuan yang belum mendapatkan hak sepenuhnya sebagai manusia. Dia berharap kekerasan kepada perempuan seperti itu tidak terjadi lagi. [Baca: Luapan Kemarahan Michelle Obama Soal Penculikan Boko Haram] (Yus)