Liputan6.com, Hanoi - Insiden tabrakan kapal China dan Vietnam di wilayah sengketa Laut China Selatan berujung panjang. Warga Vietnam menggelar aksi protes terhadap China.
Pekan lalu, sejumlah kapal China sengaja menabrak dan menyerang kapal patroli Vietnam dengan meriam air di Laut China Selatan, tepatnya di area Beijing menempatkan anjungan minyak.
Karena itu, ribuan warga Vietnam turun ke jalan dan memenuhi Hanoi untuk memprotes aksi China di wilayah sengketa. Mahasiswa dan veteran perang berkumpul bersama meneriakkan kecaman ke Beijing.
"Ini demonstrasi anti-China terbesar di Hanoi," ujar seorang veteran perang, Dang Quang Thang, seperti dimuat BBC, Senin (12/5/2014).
"Kesabaran kami ada batasnya. Kami di sini untuk mengekspresikan kedaulatan rakyat Vietnam untuk mempertahankan wilayah. Kami siap mati untuk melindungi bangsa," imbuh dia.
Sebelum insiden tabrakan kapal, China telah memperingatkan Vietnam untuk menarik kapal dari perairan sekitar Kepulauan Paracel yang diklaim sebagai miliknya. Sementara Vietnam juga mengklaim bentangan laut itu miliknya.
Vietnam tak terima dengan operasi kapal China di wilayah tersebut. Bagi Hanoi, pengiriman 80 kapal China ke wilayah sengketa adalah untuk mengeruk sumber daya alam di laut tersebut, termasuk minyak bumi.
China dan Vietnam, yang sempat berperang di perbatasan pada 1979, terlibat dalam sengketa perairan dan konflik diplomatik menyangkut eksplorasi minyak, hak penangkapan ikan, dan kepulauan-kepulauan Spratly dan Paracel.
China mengklaim hak kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan yang diperkirakan memiliki cadangan-cadangan besar minyak dan gas. Filipina dan Vietnam juga mengklaim laut tersebut sebagai wilayah kedaulatan mereka.
Laut China Selatan juga diklaim sebagian negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina.
Baca Juga
Para menteri luar negeri ASEAN menyatakan prihatin dan cemas atas ketegangan yang meningkat setelah Vietnam dan Filipina menyatakakan siap bentrok dengan China di perairan yang disengketakan. (Yus)
Advertisement