Sukses

Kuburan Vampir Polandia, Batu Bata Dijejalkan di Mulut Tengkorak

Selama berabad-abad, orang-orang yang hidup pada periode Abad Pertengahan dicengkeram teror vampir. Makhluk penghisap darah.

Liputan6.com, Kamien Pomorski - Selama berabad-abad, orang-orang yang hidup pada periode Abad Pertengahan dicengkeram teror vampir, makhluk pengisap darah.

Ketakutan demikian nyata, sehingga mereka melakukan tindakan pencegahan terhadap makhluk mistis itu. Termasuk di Polandia. Baru-baru ini para arkeolog menemukan 'kuburan vampir' di kota Kamien Pomorski. Di sebuah area pemakaman kuno dekat gereja.  

Jasad dalam makam tersebut diyakini berasal dari Abad ke-16. Cara pemakamannya mirip penguburan 'vampir' serupa yang ditemukan sebelumnya.

Tanda yang paling jelas adalah pancang di kaki mendiang. Sejumlah jasad orang diduga vampir kerap ditemukan dalam kondisi terpaku ke tanah, untuk mencegahnya bangkit dan menghantui warga. "Awalnya kami menduga ia menderita luka pada kaki," kata pimpinan penggali Slawomir Gorka kepada Kamienskie seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Rabu (14/5/2014).

"Namun, saat mengamati tanah di bawahnya, kami menyadari keberadaan lubang seperti bekas tusukan," ujar Gorka.

Penanda lain ada pada bagian mulut. Tak ada gigi di sana, juga ditemukan batu bata yang dijejalkan -- diduga digunakan untuk menghentikan si terduga vampir bangkit dari kubur dan menancapkan gigi ke leher korban, lalu mengisap darahnya.

Sejumlah kuburan vampir sering ditemukan di kawasan Eropa, termasuk Polandia. Diperkirakan bahwa penguburan semacam ini sering dilakukan di daerah Kamien Pomorski dari Abad ke-13 hingga Abad ke-17.

Kala itu diyakini, orang-orang yang berkelakuan buruk semasa hidupnya bisa berubah jadi vampir setelah meninggal -- kecuali jasadnya ditikam di dada dengan besi atau batang kayu sebelum dimakamkan. Ada juga yang memaku jenazah ke Bumi atau mencabuti gigi dari mulut mereka.

Sejarawan menjelaskan, orang-orang saat itu juga percaya batang itu juga akan membuat jasad terpaku dari kuburnya, agar mereka tak gentayangan tengah malam dan meneror masyarakat.

Tak ada kelas sosial tertentu bagi calon vampir. Ia bisa juga adalah kaum intelektual, aristokrat, atau bangsawan, bahkan pemuka agama.

Salah Paham


Pada  2012 lalu, arkeolog Italia menemukan "vampir perempuan" di Venesia. Tengkorak itu ditemukan dengan kondisi batu bata terjepit di antara rahangnya--diduga agar ia tak bisa memakan intisari kehidupan para korban dari wabah yang menyerang kota itu di Abad ke-16.

Menurut antropolog dari  University of Florence, Matteo Borrini, kerangka tersebut ditemukan kuburan massal korban wabah di pulau kecil bernama Lazzaretto Nuovo di laguna Venesia.

Ia mengungkapkan, wabah yang melanda Eropa antara tahun 1300 dan 1700 makin menguatkan keyakinan akan keberadaan vampir. Sebab, saat itu, orang-orang kurang memahami soal dekomposisi mayat. Mereka salah paham.

Kala itu, penggali kubur yang membuka kembali kuburan massal terkadang menemukan mayat membengkak karena gas, dengan rambut masih tumbuh, dan darah merembes dari mulut mereka.

Selain itu, kafan yang digunakan untuk menutupi wajah-wajah orang mati sering membusuk oleh bakteri yang berasal dari dalam mulut. Akibatnya, gigi mayat itu terlihat. Karena itulah vampir kemudian juga dikenal dengan sebutan 'pemakan kafan'.

Mitos Abadi



Kepercayaan tentang keberadaan vampir menyebar di Bulgaria dan sejumlah kawasan Eropa pada Abad Pertengahan.

Kata vampir berasal dari istilah  Slavic yakni opyrb atau opir yang kemudian muncul dalam versi vipir, vepir, atau vapir. Para pemabuk, pencuri, dan pembunuh dianggap sebagai kandidat potensial.

Sosok vampir digambarkan sebagai manusia biasa, tinggal bersama masyarakat sekitar. Bahkan konon ada yang menikah dan menjadi ayah. Namun, di malam hari mahkluk itu gentayangan mencari darah. Vampir jenis itu bisa dihabisi dengan menusukkan besi ke jantungnya.

Lainnya menyebut, vampir adalah jiwa para penjahat yang tewas di pegunungan, hutan, atau jalan, dan mayatnya dimakan oleh burung gagak, serigala, atau pemakan bangkai lain.

Karena itulah jiwanya diyakini tak diterima, baik di surga maupun neraka. Arwahnya lalu menghantui lokasi di mana ia tewas, mencekik dan minum darah siapa saja yang menghampiri.

Ada juga yang menyebut, orang yang tewas akibat kekerasan, kematian tak wajar atau yang jasadnya dilompati kucing sebelum penguburan, bisa menjadi vampir. dalam kasus tersebut, diyakini selama 40 hari pertama setelah pemakaman, belulang akan menjadi gelatin dan vampir akan melakukan kejahatan di malam hari: melepaskan hewan ternak dari kandang, mengacak-acak rumah, dan mencekik orang.

Vampir jenis itu bisa dihabisi oleh Vampiridzhija -- pemburu vampir profesional yang mampu melihat mereka atau alternatif lainnya, binasa karena dimakan serigala.

Namun, jika vampir itu tak lenyap dalam 40 hari, ia akan memperkuat kerangkanya, menjadi lebih 'sakti'.

Meski tak ada bukti ilmiah soal vampi, keberadaannya dilestarikan, salah satunya lewat novel Dracula karya Bram Stoker yang terbit pada 1897, dilanjutkan film-film horor besutan sutradara Hollywood--dengan tampilan mengerikan, atau versi si tampan misterius Edward Cullen dalam film Twilight. (Yus)