Sukses

Pencarian Korban Tambang Terbakar Turki Berakhir, Total 301 Tewas

"Operasi penyelamatan yang dilakukan telah selesai. Tidak ada penambang lagi yang tersisa di bawah tanah," kata Menteri Energi Taner Yildiz.

Liputan6.com, Soma - Operasi penyelamatan para penambang di lokasi tambang di barat Turki, Soma telah dihentikan. Setelah 2 mayat terakhir ditemukan, dan meningkatkan jumlah korban tewas menjadi 301 orang.

"Operasi penyelamatan yang dilakukan telah selesai. Tidak ada penambang lagi yang tersisa di bawah tanah," kata Menteri Energi Taner Yildiz pada Sabtu 17 Mei, dikutip Liputan6.com dari BBC, Minggu (18/5/2014).

Jumlah mayat semua penambang yang terperangkap, dianggap lengkap. Sesuai dengan data awal yang menyebut ada 778 orang di dalamnya.

"Sampai hari ini (Sabtu 17 Mei), kami telah memfokuskan upaya pencarian dan penyelamatan. Sekarang kami akan fokus pada investigasi, dan tentang produksi di tambang ini selanjutnya," jelas Yildiz.

"Kami tidak akan meninggalkan (Soma), hanya karena upaya pencarian telah berakhir," tambah Yildiz. "Akan ada dukungan psikologis dan sosial".

Kendati demikian, pemerintah setempat tak merilis berapa jumlah korban selamat. Hanya dari data terakhir disebutkan 336 orang berhasil dibawa keluar dan telah dilarikan ke rumah sakit setempat. Namun nasib sekitar 100 orang lainnya tak disebutkan.

Sejauh ini, 280 korban meninggal di tambang Soma itu dilaporkan telah dimakamkan secara berdampingan.

Aksi Protes

Banyaknya jumlah korban tewas di tambang yang terletak di Soma, membuat massa geram. Yang akhirnya memilih turun ke jalan, untuk berunjuk rasa. Para pengunjuk rasa pun akhirnya bentrok dengan polisi di dekat Soma.

Menurut informasi dari para wartawan,  lebih dari 30 orang termasuk beberapa pengacara telah ditangkap.

Bencana terburuk yang pernah terjadi di Turki ini, juga memicu demonstrasi di beberapa tempat lain di negara itu.

Ratusan orang berbaris melalui kota barat Izmir dan melakukan protes di Istanbul dan Ankara.

Sebelumnya, pihak berwenang setempat telah melarang demonstrasi di pusat kota Soma. Namun massa mengabaikan larangan tersebut, sehingga sepat terjadi kericuhan.

Pada Jumat 16 Mei, polisi anti huru hara menggunakan peluru karet, gas air mata dan meriam air untuk membubarkan protes yang berujung pada aksi kekerasan.

Musibah terbakar dan runtuhnya tambang di Soma, Turki terjadi pada Selasa 13 Mei waktu setempat. Korban tewas diyakini akibat keracunan gas gas karbon monoksida.

Sementara itu, pihak berwenang tambang Soma membantah telah melakukan kelalaian. Seorang wakil dari perusahaan tambang itu hanya menjelaskan, kondisi panas di tambang yang tampaknya telah menyebabkan struktur tambang runtuh.

Namun, Sengiz Shahan, pekerja di tambang itu mengatakan kepada BBC bahwa ia dan rekan-rekannya terlalu takut untuk mengeluh tentang standar keselamatan yang buruk di tempatnya bekerja.

Musibah yang terjadi di salah satu tambang di Turki itu, membuat orang-orang di seluruh negeri berdatangan ke Soma untuk mengucapkan belasungkawa. Tapi Gubernur Turki dilaporkan telah melarang pembuatan titik pertemuan dan pos-pos.

Musibah itu ternyata tak membuat penasihat Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, Yusuf Yerkel iba. Foto-fotonya yang menendang seorang demonstaran yang sedang berduka di tambang, beredar luas. Tentu saja akasi Yerkel menuai protes

Sementara sang PM dianggap tak peka, menangani musibah kebakaran tambang yang memakan korban lebih besar dari bencana serupa yang terjadi pada 1992 dengan korban tewas 263 orang. Ia menyatakan bencana pada tambang di Soma adalah hal biasa.