Liputan6.com, Beijing Tuduhan Amerika Serikat (AS) tentang mata-mata siber oleh pihak militer Tiongkok berbuntut panjang. Tiongkok membalas tuduhan AS itu dan menganggap AS telah memalsukan bukti-bukti. Tiongkok juga mengkaitkan tuduhan AS itu dengan krisis di Laut Tiongkok Selatan dan Tiongkok Timur, sebagaimana dilansir dari VOA News, 29 Mei 2014.
Tiongkok menduga Amerika Serikat (AS) telah memalsukan bukti untuk memperkuat tuduhan serangan siber dan memancing negara-negara tetangga Tiongkok untuk memperkeruh perselisihan tentang wilayah laut.
Baca Juga
Kalimat keras ini dilontarkan oleh kementrian pertahanan pada saat hubungan dua kekuatan ekonomi dunia ini sedang memanas karena dugaan serangkaian mata-mata siber. Minggu lalu AS mendakwa lima perwira militer Tiongkok dengan tuduhan peretasan terhadap beberapa perusahaan AS untuk mencuri rahasia-rahasia dagang.
Advertisement
Ketika ditanya mengenai bukti-bukti tuduhan AS, juru bicara militer Geng Yansheng mengatakan bahwa gampang saja bagi AS untuk memalsukan bukti.
“Dalam bidang teknologi dan infrastruktur internet, AS memiliki keuntungan, sehingga memalsukan ‘bukti’ tidaklah sulit,” kata Geng Yansheng dalam suatu jumpa pers sebagaimana tertulis dalam pernyataan di situs web milik kementrian tersebut.
Geng membandingkan bukti mata-mata siber Tiongkok terhadap AS dengan tuduhan yang dilontarkan Washington di tahun 2003 ketika Baghdad dikatakan memiliki senjata pemusnah massal untuk menjadi alasan pendudukan Irak. Tuduhan itu terbukti tidak benar.
“Masyarakat dunia belum melihat ‘bukti’ milik AS, mereka hanya melihat perseteruan dan kesulitan hidup yang dialami oleh rakyat Irak, “ujarnya.
Geng kemudian mengatakan bahwa pergeseran kekuatan militer ke Asia oleh Presiden Obama dipersalahkan sebagai “cari masalah baru” di laut Tiongkok Selatan dan Tiongkok Timur.
“Setelah AS memulai strategi perimbangan ulang di Asia, beberapa negara mengambil keuntungan kedigdayaannya untuk berperilaku ceroboh dan terus menerus mengobok-obok masalah baru dalam pertikaian wilayah,” katanya.
Pertikaian wilayah telah mencederai hubungan-hubungan diplomatik penting Tiongkok, termasuk hubungan dengan Vietnam, Filipina, dan Jepang.
Jepang mengatakan minggu ini bahwa pesawat terbang Tiongkok terbang mendekati pesawat-pesawat tempurnya hingga berjarak beberapa meter saya di Laut Tiongkok Timur di mana kedua negara saling mengakui suatu gugusan pulau yang berada di bawah administrasi Tokyo. Masing-masing pihak saling tuduh pihak lainnya yang melakukan tindakan yang berbahaya.
Geng mengatakan bahwa pesawat terbang Jepang telah menguntit patroli angkatan udara Tiongkok dalam jarak dekat dan jangka waktu yang lama dalam beberapa kali kejadian setelah Beijing menerapkan kawasan pertahanan udara tahun lalu yang mencakup pulau-pulau yang disengketakan.
Hubungan dengan Vietnam terganggu dalam bulan terkait dengan rig minyak yang didirikan Tiongkok di wilayah laut yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan. Hal tersebut menyulut huru-hara anti-Tiongkok di Vietnam dan saling berhadapannya kapal-kapal dari kedua negara.
“Kalau bicara masalah ini, mutlak tidak ada ruang untuk tawar menawar dan tidak ada celah untuk perilaku yang menantang,” kata Geng. (Ein)