Sukses

Ilmuwan Temukan Planet Kepler-10c, Godzilanya Bumi!

Kepler -10c memiliki diameter lebih dari dua kali lipat dibandingkan Bumi dan memiliki berat massa 17 kali dari dunia kita.

Liputan6.com, Boston - Ada kelas baru planet di luar sana yang disebut para astronom  'mega-Earth' atau 'mega-Bumi'. Yakni objek dengan permukaan keras seperti planet manusia, namun ukurannya jauh lebih besar -- bahkan jika dibandingkan dengan 'super-Earth' (planet yang ukurannya sedikit lebih besar dari Bumi).

Penentuan kelas baru menyusul penemuan planet baru yang memiliki diameter lebih dari 2 kali lipat dibandingkan Bumi dan memiliki berat massa 17 kali dari dunia kita.

Dinamai Kepler-10c, planet baru tersebut mengorbit bintang yang jauhnya sekitar 560 tahun cahaya jauhnya dari Bumi di konstelasi Draco setiap 45 hari. Para ilmuwan menjelaskan temuan mereka secara detil dalam pertemuan American Astronomical Society di Boston, Amerika Serikat.

Para astronom mengaku terkejut karena planet yang besar dan lebih pekat ini bisa tetap solid tanpa kehilangan atmosfer. Padahal secara teoritis, planet yang berukuran besar akan menarik begitu banyak hidrogen, seperti yang terjadi pada Neptunus dan Yupiter.

"Cara yang tepat untuk menyebutnya adalah sesuatu yang lebih besar dari 'super-Earth', jadi mengapa tidak 'mega-Earth'," kata Profesor Dimitar Sasselov dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA), seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Selasa (3/6/2014). Ia juga menggunakan kata 'the Godzilla of Earths!  alias 'Godzilanya Bumi'.

"Namun tak seperti monster di film, Kepler-10c punya implikasi positif bagi kehidupan."

Kepler-10c, seperti namanya, terdeteksi oleh Teleskop Kepler milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), dari kedipan cahaya yang ditimbulkan saat ia lewat di depan bintang induknya, Kepler-10.

Berdasarkan teknik tersebut, diketahui diameter Kepler-10c, yakni 29.000 kilometer atau dua kali lebih diameter Bumi yang rata-rata 12.742 km.

Sementara, untuk mengetahui massanya, para ilmuwan menggunakan instrumen Harps-North milik Telescopio Nazionale Galileo di Canary Islands. Ekstraksi pengukuran masa dilakukan dengan menelaah interaksi gravitasi antara planet dan bintang induknya.

Dikombinasikan dengan diameter, jumlah massa menunjukkan bahwa Kepler-10c bukanlah gumpalan gas raksasa, melainkan terdiri dari bahan yang sangat padat.

"Sekitar 17 kali lipat massa Bumi, atau bahkan lebih. Dengan tingkat kepadatan 7,5 gram per centimeter kubik, jauh lebih tinggi dari apa yang kita ketahui dari batuan di Bumi ( 5,5 gram per centimeter kubik )," kata Profesor Sasselov. "Tapi ingat, ini adalah planet yang sangat besar, yang berarti mineral yang sama (seperti di Bumi) terkompresi sangat padat."

Pertanyaannya, mungkinkah ada kehidupan di sana?

Menurut para ilmuwan, hal menarik dari temuan itu adalah usia bintang induk Kepler-10C mencapai 11 miliar tahun -- dari awal evolusi alam semesta di saat generasi  ledakan bintang-bintang belum terlalu lama untuk membuat elemen berat yang dibutuhkan untuk membentuk planet berbatu.

"Menemukan Kepler-10c memberitahu kita bahwa planet berbatu dapat terbentuk jauh lebih awal dari yang kita duga. "Dan bila batu terbentuk, kehidupan juga mungkin ada," kata Profesor Sasselov.

Meski demikian, jangan buru-buru bayangkan ada alien yang tinggal di sana. Kepler-10c mungkin terlalu dekat dengan bintangnya, kondisi yang terlalu panas bagi terbentuknya kehidupan.

Apalagi diketahui, bintang Kepler-10 juga menjadi induk bagi 'dunia lava', yakni Planet Kepler-10b yang memiliki tiga kali massa Bumi dan mengorbit bintangnya sekali dalam 20 jam. (Mut)