Sukses

Dijauhi Australia-AS, Militer Thailand Didukung China-Vietnam

"Duta besar China dan Vietnam ke Thailand bertemu Panglima Tertinggi Jenderal Thanasak Patimaprakorn Selasa 3 Mei kemarin,"

Liputan6.com, Bangkok - Meski kudeta oleh militer Thailand dikecam dunia, ternyata masih ada yang mendukung. Dukungan datang dari sesama negara di Asia, yakni China dan Vietnam.

"Kedua negara tersebut telah menyatakan dukungan bagi junta militer baru Thailand," ujar seorang juru bicara militer seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/6/2014).

China dan Vietnam telah sepakat memberikan dukungan kepada pemerintah militar Thailand. Di mana kelompok-kelompok pro-militer lain berencana untuk demo di Kedutaan Besar Australia, yang memutuskan untuk mengurangi keterlibatan terhadap Negeri Gajah Putih itu.

"Duta besar China dan Vietnam ke Thailand bertemu Panglima Tertinggi Jenderal Thanasak Patimaprakorn Selasa 3 Mei kemarin, dan meyakinkan kami bahwa mereka masih memiliki hubungan yang baik dengan Thailand. Mereka berharap situasi akan kembali normal dengan cepat," ujar juru bicara Dewan Nasional Militer untuk Perdamaian dan Ketertiban Yongyuth Mayalarp.

Sebelumnya, beberapa pemerintah asing juga telah menyuarakan ketidaksetujuan dari kudeta militer di Thailand yang dilakukan Jenderal Prayuth Chan-ocha. Ia berdalih mengambil alih kekuasaan setelah berbulan-bulan kerusuhan politik menggerogoti pemerintahan PM cantik Thailand Yingluck Shinawatra.

Akibat langkah yang diambil oleh Jenderal Prayuth, Amerika Serikat membatalkan program latihan militer bersama dengan Thailand setelah pengumuman kudeta pada 22 Mei. Sementara Uni Eropa telah mendesak junta militer untuk membebaskan para tahanan politik dan mengakhiri aksi kudeta.

Aksi kudeta militer yang dilakukan disebut-sebut untuk membungkam perbedaan pendapat yang ada. Sekitar 300 aktivis , wartawan, akademisi dan politisi telah dipanggil untuk melapor sejak kudeta militer diberlakukan dua pekan lalu.

Banyak juga politisi yang ditahan dalam jangka waktu yang berbeda. Setelah dibebaskan, mereka dilaporkan harus menandatangani pernyataan akan menjauh dari dunia politik dan menghentikan kegiatan anti-kudeta.

Junta militer sejauh ini telah mengerahkan ribuan pasukan keamanan di seluruh negeri, untuk mencari senjata dalam upaya untuk menindak kelompok-kelompok bersenjata di kedua sisi yang kontra militer dan membuat perpecahan politik. Mereka telah memerintahkan warga Thailand yang memiliki senjata perang termasuk bahan peledak dan granat dikumpulkan sebelum 10 Juni.

Permintaan itu tidak termasuk pistol yang terdaftar. Thailand memang dikenal memiliki lebih banyak senjata daripada kebanyakan negara di dunia.

Sejauh ini kondisi Negeri Gajah Putih itu masih aman tenteram sejak diterapkan kudeta tak berdarah itu. Ada penjagaan militer di jalan-jalan dan sedikit perlawanan terhadap kekuasaan militer masih berlangsung damai.

Dalam kudeta ini, junta militer memberlakukan status darurat militer. Membuat kabinet diwajibkan untuk melapor ke pihak militer, siaran televisi dihentikan dan melarang pertemuan politik.

Jam malam diberlakukan secara nasional dari pukul 22.00 hingga 05.00 waktu setempat. Platform sosial media juga bisa diblok jika menampilkan konten yang dianggap provokatif. (Ans)