Sukses

Pertempuran Kian Sengit di Mosul, 59 Orang Tewas

Bentrokan senjata antara pasukan keamanan Irak dan gerilyawan telah memasuki hari kedua.

Liputan6.com, Mosul - Pertempuran tentara Irak dengan gerilyawan di Mosul, kian sengit. Bentrokan yang memasuki hari kedua atau Sabtu 7 Juni 2014 ini bahkan telah menewaskan 59 orang.

"Mereka yang tewas itu terdiri dari 21 polisi dan 38 gerilyawan," ungkap seorang letkol polisi dan seorang karyawan kamar mayat seperti dikutip Liputan6.com dari laman PressTV.com, Minggu (8/6/2014).

Pada Jumat pagi pertempuran meletus di Mosul, kota di utara Irak. Baku tembak pun berlanjut hingga malam hari. Sementara 2 bom bunuh diri ditujukan pada satu kelompok minoritas di sebelah timur kota itu. Namun tentara menembak mati para pengebom bunuh diri di daerah selatannya.

Sedikitnya 36 orang tewas dalam aksi kekerasan pada Jumat di Mosul dan di tempat lainnya di Provinsi Nineveh.

Pertempuran pada Sabtu itu terjadi ketika kelompok militan tersebut menyandera para mahasiswa dan staf di Universitas Anbar di Ramadi, ibukota Provinsi Anbar di Irak bagian barat. Penyanderaan ini kemudian memicu serangan pasukan keamanan dalam usaha membebaskan mereka.

Sebaliknya, beberapa hari terakhir, kelompok militan itu meningkatkan serangan. Pada Kamis lalu, gerilyawan merebut beberapa bagian dari Kota Samarra, sebelah utara Ramadi.

Tentara Irak akhirnya dapat menguasai jalannya pertempuran. Kelompok militan dapat diusir setelah baku tembak jarak dekat dan serangan-serangan helikopter yang menewaskan puluhan orang.

Aksi kekerasan itu mencapai tingkat tertingginya sejak 2006-2007. Ketika itu, puluhan ribu orang tewas dalam konflik sektarian antara kelompok mayoritas Syiah dan minoritas Arab Sunni.

Merujuk data yang dihimpun Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Irak, lebih dari 900 orang tewas pada bulan lalu. Sejak awal tahun hingga saat ini lebih dari 4.400 orang tewas.

Para pejabat menyalahkan faktor-faktor luar atas meningkatnya pertumpahan darah itu terutama konflik di Suriah. Kendati demikian, beberapa pengamat mengatakan kemarahan warga Arab sunni kepada pemerintah Irak, yang dipimpin Syiah, juga menjadi satu faktor penting.

Video Terkini