Liputan6.com, Washington DC - Keluarga Clinton pernah menjadi penghuni Gedung Putih selama 8 tahun, sejak sang kepala keluarga Bill menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-42 selama 2 periode, 20 Januari 1993 hingga 20 Januari 2001. Istrinya, Hillary kini bahkan jadi kandidat potensial pengganti Barack Obama dalam Pilpres 2016.
Namun, jangan bayangkan kehidupan keluarga nomor satu AS selalu mudah. Paling tidak, menurut pengakuan Hillary Clinton. Ia mengklaim keluarganya 'bangkrut setengah mati' dan dibebani dengan tagihan pembelaan hukum setelah meninggalkan Gedung Putih -- sebuah pengakuan yang menarik ejekan pihak lawan, Partai Republik.
"Kami keluar dari Gedung Putih tak hanya dalam kondisi bangkrut, tapi juga terlilit utang," kata mantan Ibu Negara AS itu kepada ABC News, seperti Liputan6.com kutip dari FOXNews, Selasa (10/6/2014). "Kami tidak punya uang ketika kami tiba di sana, dan kami berjuang untuk mengumpulkan uang untuk hipotek, rumah, pendidikan Chelsea. Kau tahu, itu tidak mudah."
Meski demikian, kehidupan mereka jauh dari melarat. CNN melaporkan, Bill Clinton meraup uang sebesar US$ 106 juta sebagai bayaran dari memberikan ceramah dan pidato sejak meninggalkan Gedung Putih. Termasuk, US$ 17 juta dari 72 ceramah hanya di tahun 2012.
Dilaporkan, bayarannya sekali naik podium adalah US$ 750 ribu. "Bill bekerja sangat keras, bagiku ia sangat luar biasa," kata Hillary. "Pertama-tama, kami harus membayar semua utang, mendapatkan rumah, dan mengurus anggota keluarga lain."
Pada tahun 2009, saat Hillary bersiap bergabung ke Pemerintahan Barack Obama, kekayaan keluarga Clinton mencapai US$ 10 juta dan US$ 50 juta. Sementara, dalam laporan harta kekayaan Hillary sebagai anggota Senat tahun 2000, menunjukkan aset bernilai antara US$ 781 ribu sampai US$ 1,8 juta.
Kini, keluarga Clinton diperkirakan memiliki kekayaan sebesar antara US$ 100 juta dan US$ 200 juta.
Klaim Hillary Clinton memicu reaksi dari pihak lawan politik. "Tak nyambung, apa yang dimaksudkan Hillary sebagai 'sama sekali bangkrut' adalah mansion (rumah besar) dan honor ceramah yang luar biasa besar," kicau Komite Nasional Partai Republik Reince Priebus.
Dalam wawancara dengan ABC News, Hillary juga mengaku harus memberanikan diri kembali mencalonkan diri sebagai presiden menyusul kritik pihak Republik atas penanganannya dalam insiden serangan teror di Kedubes AS di Benghazi, Libya pada 11 September 2012. Ia mengaku bertanggung jawab, namun menyebut bukan dia yang membuat keputusan saat itu. "Yang tak bisa aku hargai sama sekali adalah upaya politisasi yang mengorbankan nyawa 4 warga AS yang tewas."
Sejauh ini ia belum memutuskan apakah akan maju dalam pilpres.
Dalam wawancara tersebut, Hillary juga menjawab pertanyaan sensitif, soal hubungan selingkuh suaminya dengan Monica Lewinsky.
"Aku berurusan dengan masalah tersebut, saat itu. Kini, saya telah bangkit, dan itulah bagaimana saya melihat hidup dan masa depan saya," kata dia. "Saya selalu berharap (Lewinsky) kini menjadi makin baik, berharap dia mampu untuk berpikir tentang masa depannya dan membangun kehidupan di mana ia menemukan makna dan kepuasan." (Riz)
Hillary Clinton: Tinggalkan Gedung Putih, Kami Bangkrut...
Klaim Hillary Clinton memicu reaksi dari pihak lawan politik. Jadi bahan ejekan anggota Partai Republik.
Advertisement