Sukses

CIA Lanjutkan Serangan di Pakistan

Ketika perundingan perdamaian sudah gagal, rudal-rudal kembali bicara.

Liputan6.com, Islamabad Saling membalas serangan masih berlangsung di Pakistan. Kaum militan menyerbu bandara dengan alasan balas dendam atas serangan pesawat nirawak sebelumnya. Serbuan itu kemudian dibalas lagi dengan serangan-serangan baru menggunakan pesawat tanpa awak.

Rudal-rudal Amerika kembali menyasar kaum militan di Waziristan Utara, beberapa hari setelah serangan berdarah di bandara Karachi -- yang menjadi pertanda paling gamblang bahwa perundingan perdamaian sudah gagal. Demikian berita yang dilansir dari The Telegraph (12/06/2014).

Menurut beberapa pejabat keamanan, Amerika Serikat melakukan serangan-serangan pesawat nirawak di Pakistan untuk pertama kalinya di tahun ini pada hari Rabu lalu dan menewaskan setidaknya 16 orang yang dicurigai sebagai militan.

Program diam-diam CIA ini telah dibekukan sejak bulan Desember tahun lalu supaya memberi kesempatan kepada Islamabad untuk memulai negosiasi dengan kaum militan, walaupun beberapa sumber mengatakan bahwa serangan rudal tetap dilakukan jika terlacak adanya sasaran penting.

Namun pembicaraan damai sudah tidak ada artinya dan setelah sebuah serangan maut di bandara Karachi di hari Sabtu lalu, tekanan-tekanan berdatangan untuk meminta tindakan tegas ke sarang kaum militan di barat daya negeri itu.

Dua serangan dilakukan semalaman di kawasan suku di Waziristan Utara dan menyasar suatu kendaraan dan sebuah tempat di kampung di dekat Miranshah, kota utama di sana.

Seorang pejabat intelijen mengatakan bahwa sebuah truk bak terbuka yang membawa enam anggota militan dan sejumlah besar bahan peledak telah dihancurkan.

Pejabat itu mengatakan, “Empat di antara mereka adalah orang Uzbek dan dua lagi dari Punjabi.”

Beberapa jam sebelumnya, terbit suatu pernyataan yang diduga berasal dari Gerakan Islam Uzbekistan mengaku bertanggungjawab atas serangan di bandara Karachi, yang telah menewaskan 39 orang.

Kelompok ini bersekutu erat dengan Taliban Pakistan—yang juga ikut mengaku bertanggungjawab—dan Al Qaeda, sebagai bagian dari kerumunan kelompok teroris yang beroperasi dari wilayah nyaman mereka di dekat perbatasan dengan Afghanistan.

Adanya serbuan kaum militan ke fasilitas penting, yakni bandara tersibuk di negeri itu yang melayani 20 juta orang, menjadi aib besar bagi pihak keamanan dan pemerintah Pakistan yang mempertaruhkan nama baik mereka dengan janji membawa Taliban ke meja perundingan.

Program pesawat nirawak menimbulkan silang pendapat yang sengit di Pakistan. Program itu menjadi bulan-bulanan para pemimpin keagamaan yang menuduh Washington berusaha meruntuhkan kedaulatan Pakistan, walaupun serangan-serangan itu dilakukan dengan izin dari Islamabad.

Rudal-rudal telah menyapu bersih sebagian besar pemimpin lawas Al Qaeda di kawasan itu. Pemimpin Taliban Pakistan, Hakimullah Mehsud, tewas dalam serangan pesawat nirawak tahun lalu. (Ein)