Sukses

Ekstremis ISIS Asal Prancis Diringkus di Jerman

Perang di Suriah dan Irak membawa dampak lintas batas negara dan benua. Globalisasi menunjukkan sisi kelamnya.

Liputan6.com, Berlin - Perang di Suriah ditengarai menjadi daya tarik luar biasa bagi para pemuda di Eropa untuk pergi ke sana dan ikut berperang. Kekhawatiran muncul sehubungan dengan meningkatnya ancaman keamanan di Benua Biru, ketika para pejuang dadakan pulang membawa aura pertempuran.

Salah satunya, warga negara Prancis yang baru-baru ini diringkus kepolisian Jerman. Dia diduga terkait dengan kelompok radikal dan boleh jadi telah merencanakan serangan di Barat. Demikianlah yang dilansir dari Arutz Sheva (15 Juni 2014).

Penangkapan tersangka, yang dicurigai bertempur untuk kelompok radikal Suriah, diumumkan Kepolisian Federal Jerman pada Minggu kemarin.

Seorang jurubicara mengatakan bahwa pria itu diciduk di Berlin pada Sabtu malam setelah melakukan penerbangan dari Istanbul dan diyakini telah meluangkan waktu di Suriah di mana ia dicurigai bergabung dengan Negara Islam Irak dan Levant, dikenal juga dengan ISIL.

Jurubicara itu membenarkan laporan di harian Frankfurter Allgemeine Zeitung, yang mengatakan bahwa pria itu terluka ketika bertempur di Suriah dan memasang beberapa gambar dirinya yang terkena luka-luka tembakan di sejumlah situs ekstremis.

Laporan itu menyebutkan bahwa pihak berwenang Jerman meyakini pria itu kembali ke Eropa untuk menggalang pejuang-pejuang baru untuk Suriah atau merencanakan suatu serangan.

Jurubicara itu menolak memberi komentar dan mengatakan bahwa kepolisian federal akan membeberkan rincian lebih lanjut pada hari Senin. “Kami perlu bertukar informasi dengan rekanan-rekananan internasional terlebih dahulu,” ujarnya.

Penangkapan itu terjadi tiga pekan setelah suatu serangan mematikan di Museum Yahudi di Brussesls, yang oleh kepolisian dicurigai dilakukan oleh seorang Prancis keturunan Aljazair yang telah berperang bersama ISIS selama lebih dari satu tahun bersama ISIS di Suriah. (Ein)