Sukses

Pelaku Serangan yang Tewaskan Dubes AS di Libya Dibekuk

Ini adalah penangkapan pertama terkait serangan teror yang sempat diduga terkait penyebaran film murahan 'Innocence of Muslims'.

Liputan6.com, Washington DC - Terduga teroris yang terlibat serangan teror di Benghazi yang menewaskan 4 warga Amerika Serikat telah dibekuk di Libya.  Ahmed Abu Khattala, nama pria itu, kini dalam perjalanan menuju Negeri Paman Sam menaiki sebuah kapal Angkatan Laut.  

Sejumlah sumber, seperti Liputan6.com kutip dari FoxNews, Rabu (18/6/2014) menyebut, Khattala yang adalah komandan Ansar al-Sharia, ditangkap Minggu lalu dalam operasi bersama militer AS dan penegak hukum lainnya. Ia akan menghadapi tuntutan di Amerika Serikat.

Presiden Barack Obama menandatangani perintah misi penangkapan Khattala pada Jumat malam.

Tersangka sudah lama diyakini sebagai salah satu pemimpin dari serangan mematikan, yang menewaskan Dubes AS Chris Stevens dan 3 orang lainnya. Sejak itu, dia secara terbuka melayani wawancara media namun selalu berhasil lolos dari penangkapan. Hingga kini.

Penangkapan Khattala adalah yang pertama dalam serangan teror yang sempat diduga terkait penyebaran film murahan yang menghina Nabi Muhammad, 'Innocence of Muslims'.

Menurut sumber, penangkapan Khattala berjalan mulus. Tak ada baku tembak yang terjadi. Sebuah tim kecil anggota pasukan khusus dan seorang agen FBI ambil bagian dalam penyergapan itu.

Pada Selasa malam, Gedung Putih dan Pentagon mengonfirmasi penangkapan itu. Dan dalam sebuah acara di Pittsburgh, Presiden Obama juga mengatakan operasi tersebut adalah 'pesan pada dunia' tentang apa yang terjadi jika AS diserang. Akan ada reaksi balasan.

"Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, kita akan menemukan mereka yang bertanggung jawab dan menyeretnya ke pengadilan," kata Obama.

Obama juga memuji pihak militer, penegak hukum dan personel intelijen yang melacak dan menahan Abu Khattala.

Sementara itu, Juru Bicara Pentagon Laksamana John Kirby mengatakan, Khattala adalah "tokoh kunci dalam serangan terhadap fasilitas AS di Benghazi." Dia mengatakan tidak ada korban sipil dalam operasi akhir pekan, dan semua personel AS telah bertolak dari Libya dengan selamat.

Operasi tersebut menjadi jawaban atas kritik yang dilancarkan sejumlah anggota Kongres dan keluarga korban, yang kecewa karena belum ada satu tersangka pun yang diadili. Tak hanya Pak Dubes, staf Departemen Luar Negeri Sean Smith, serta 2 kontraktor CIA -- Tyrone Woods dan Glen Doherty -- juga tewas dalam serangan tersebut.

Sejumlah politisi meminta agar aparat menginterogasi Khattala sebelum menyerahkannya ke sistem pengadilan, untuk mengumpulkan data-data intelijen.

Beberapa anggota parlemen Republik, termasuk Senator Marco Rubio dari Florida dan Ted Cruz dari Texas, mengatakan tersangka harus dikirim ke Teluk Guantanamo.

Khattala menghadapi tiga tuduhan  diajukan di Pengadilan District of Columbia. Yakni: membunuh seseorang dalam aksi penyerangan terhadap fasilitas federal; menyediakan atau mencoba untuk memberikan dukungan kepada teroris yang menyebabkan kematian; dan menggunakan atau membawa senjata api dalam kaitannya dengan kejahatan kekerasan.

Sebelum tertangkap, sebulan setelah melakukan serangan, Khattala mengaku berada di lokasi kejadian, meskipun mengklaim bahwa ia tidak merencanakannya. Pada saat itu, ia mengklaim  hanya bertugas mengarahkan lalu lintas. Sama sekali tak ada kata penyesalan terucap darinya.

Insiden 11 September 2012 terjadi pada peringatan serangan 9/11 oleh Al Qaeda pada 2001 di Amerika yang menewaskan hampir 3.000 orang.
 
Situasi di seputar serangan itu menjadi perdebatan hangat dalam politik Amerika. Pihak partai Republik menuduh Hillary Ridham Clinton yang kemungkinan menjadi calon presiden partai Demokrat tahun 2016, gagal memberi keamanan memadai di lingkungan kedutaan Benghazi untuk mencegah serangan itu yang terjadi selama ia menjabat sebagai menteri luar negeri.
 
Pejabat Gedung putih awalnya mengindikasikan serangan itu terkait dengan protes mengenai sebuah video anti Muslim serupa dengan demonstrasi-demonstrasi yang terjadi di Timur Tengah awal September 2012. Belakangan pejabat Amerika kemudian mengakui serangan tersebut adalah sebuah serangan teroris.
 

Video Terkini