Sukses

Gerilyawan ISIS Kuasai 4 Kota Perbatasan di Irak

Para militan kemungkinan besar akan bergerak mengepung ibukota Irak, Baghdad.

Liputan6.com, Baghdad - Satu wilayah perbatasan strategis dan 3 kota lainnya di Irak bagian barat jatuh ke tangan kelompok militan Daulah Islam Irak dan Suriah (ISIS), Sabtu waktu setempat. Demikian dikatakan seorang pejabat senior keamanan Irak.

Seperti dikutip Liputan6.com dari CNN Breaking News, Minggu (22/6/2014), selain serangan mereka di utara Irak, kelompok gerilyawan tersebut kini memperkuat tangan mereka di provinsi barat Anbar --wilayah yang cukup luas.

Pemberontak yang merupakan sempalan Al-Qaeda dan kelompok Sunni garis keras itu juga mengendalikan Al-Qaim, Rawa, Ana dan Husaybah. "Paling mengkhawatirkan, ISIS menguasai kota strategis Al-Qaim di perbatasan dengan Suriah. Di mana para pemberontak dapat merebut benteng militer," ungkap salah satu pejabat keamanan Irak.

Dengan dikuasainya 4 kota strategis di perbatasan Irak-Suriah itu, para militan kemungkinan besar akan bergerak mengepung ibukota Irak, Baghdad. Terlebih salah satu dari 4 kota, Husaybah, hanya berjarak 100 kilometer atau 62 kilometer di luar Baghdad.

Wartawan CNN Nic Robertson mengatakan, para pejuang dari Suriah mampu mencapai pinggiran Baghdad dalam waktu kurang dari empat jam. Namun, pejabat pemerintah Irak belum memberikan komentar secara resmi. Hanya pejabat keamanan mengatakan bahwa mereka mengharapkan pasukan bala bantuan di Anbar.

"Beberapa suku kaum Sunni yang telah membantu dan mendukung ISIS di Anbar," kata pejabat senior.

Sementara itu, rombongan pertama dari ratusan penasihat militer Amerika Serikat diperkirakan akan segera tiba di Irak.

Sejak bentrokan meletus pada Jumat 20 Juni silam di Al-Qaim, sedikitnya 11 tentara Irak tewas dan 21 lainnya terluka. "Sedikitnya 20 militan tewas setelah pasukan Irak menembaki wilayah tempat pemberontak melancarkan serangan," demikian pernyataan bersama dua pejabat keamanan di Ramadi, Irak kepada CNN.

Al-Qaim berbatasan langsung dengan Provinsi Deir Ezzor, Suriah. Di sana, ISIS menguasai setidaknya 3 kota, termasuk daerah dekat bandara militer Deir Ezzor, yang merupakan markas dewan militer untuk batalyon pemberontak.

Kedudukan ISIS ini diungkapkan Lembaga Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok oposisi di London, Inggris yang memantau konflik Suriah.

Mengapa Al-Qaim penting?

"Ini kemajuan (di Suriah) dianggap sebagai langkah yang sangat penting dan strategis karena ISIS telah mencoba untuk mengambil kendali penuh atas wilayah di timur Deir Ezzor untuk mencapai ke perbatasan Suriah-Irak. Mereka kemudian akan menghubungkan daerah-daerah yang dikuasai di Suriah dan Irak dengan satu sama lain," kata Rami Abdulrahman dari SOHR, Sabtu kemarin 21 Juni.

Kebalikan dari Al-Qaim adalah kota Suriah, Al-Bukamal. "Kota ini berada di bawah kendali brigade Islam lainnya seperti Nusra Front," imbuh Rami Abdulrahman. Namun menurutnya, ISIS tidak mengendalikan kota itu.

Pasukan Irak berjuang memerangi pemberontakan ISIS setidaknya di dua wilayah pertempuran. Pertama, mereka menemukan puluhan militan di sisi perbatasan Suriah.

"Pada saat bersamaan, dukungan oleh beberapa suku Sunni untuk ISIS terbukti penting dalam keberhasilan pergerakan pemberontak," ujar seorang pejabat senior keamanan di Ramadi kepada CNN.

Jika suku-suku Sunni tidak memutuskan membantu dan mendukung pasukan keamanan Irak, imbuh pejabat senior keamanan tersebut, maka akan sangat sulit bagi pasukan Irak untuk mendapatkan kembali kontrol penuh dari Al-Qaim.

Sementara itu, pasukan Irak sedang menunggu lebih banyak pasukan untuk tiba di Al-Qaim, yang terletak sekitar 500 kilometer barat Baghdad.

Krisis Pengungsi

Lebih dari 1 juta warga Irak telah meninggalkan rumah mereka tahun ini karena konflik. Hal ini diumumkan Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Jumat 20 Juni lalu. Angka itu kemungkinan akan meningkat. Terutama bila kelompok militan dan pasukan keamanan Irak terus bertempur.

Diperkirakan 800 ribu orang meninggalkan kota terbesar kedua di Irak, Mosul, setelah jatuh ke kelompok militan ISIS. Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, kota ini memiliki populasi 1,6 juta orang.