Liputan6.com, Seoul - Kehidupan militer menuntut tingkat disiplin yang sangat tinggi. Bagi segelintir orang, tuntutan disiplin yang sangat tinggi untuk suatu tugas yang berat dapat mengganggu keseimbangan jiwa seorang prajurit.
Dikutip Liputan6.com dari Reuters, Senin (23/06/2014), disebutkan bahwa para prajurit Korea Selatan mengepung seorang tentara galau yang membunuh 5 rekannya di dekat perbatasan dengan Korea Utara. Mereka mengupayakan negosiasi damai untuk mengakhiri perburuan yang dimulai dua hari lalu dengan serangan granat.
Baca Juga
Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa pihak yang berwenang berupaya membujuk prajurit muda berusia 22 tahun itu untuk menyerahkan diri di kawasan hutan lebat dekat kota penyeberangan di Kabupaten Goseong, suatu kawasan pegunungan di sisi timur Semenanjung Korea.
Advertisement
Pada Sabtu larut malam lalu, prajurit itu melemparkan sebuah granat, memulai tembakan sehingga membunuh 5 anggota kesatuannya. Tak hanya itu, serdadu itu juga melukai 7 orang lainnya di pangkalan mereka di Kabupaten Goseong.
Prajurit bermarga Lim itu dikenal sebagai orang yang menutup diri dan pihak yang berwenang mengatakan pernah ada kekhawatiran tentang kesehatan kejiwaannya, namun ia dianggap layak ditugaskan ke pangkalan sesudah lulus ujian pada November tahun lalu.
Pencarian besar-besaran --dilengkapi dengan perintah tembak di tempat jika pelarian itu melawan-- melibatkan suatu tembak-menembak dengan prajurit pelarian itu pada Minggu lalu. Seorang komandan peleton terluka kena tembak.
"Maksudnya adalah untuk menangkap orang itu, namun kami mengupayakan supaya ia menyerahkan diri,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Kim Min-seok dalam suatu pengarahan singkat. “Kami mempersempit lingkaran di sekitarnya,” ucapnya.
"Prajurit itu diperbolehkan untuk berbicara dengan ayahnya melalui telepon dan pihak yang berwenang bekerja sama dengan orangtuanya untuk mencoba membujuknya menyerahkan diri," lanjut Kim.
Kim mengungkapkan pula, seorang prajurit lain terluka karena salah tembak selagi memburu prajurit bandel itu.
Khawatir taruna baru
Pihak militer mendapat cercaan karena kurangnya disiplin dalam beberapa kesatuan dan kegagalan mencegah kasus-kasus sebelumnya di mana para prajurit yang mengalami masalah pribadi menembaki sesama rekannya.
Dalam suatu peristiwa serupa di tahun 2011, seorang anggota Marinir Korea Selatan menembak membabi buta ke arah markasnya di dekat perbatasan kelautan dengan Korea Utara yang tegang. Berondongan peluru dari senapan personel Marinir ini menewaskan 4 rekan prajurit lain sebelum ia akhirnya meledakkan diri menggunakan granat tangan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan itu mengatakan bahwa sejumlah besar prajurit bermasalah yang kebanyakan berusia 20-an digolongkan sebagai “menarik perhatian” dan berada di bawah penyeliaan oleh komandan mereka terkait kemungkinan-kemungkinan persoalan disiplin dan kesehatan mental.
"Sekitar 800 tentara di Divisi Infanteri 22 yang bertugas di kawasan Goseong, atau 9% dari seluruh kekuatan divisi, yang berada di bawah penyeliaan," kata Kim. Lim termasuk salah satu di antaranya.
Semua pria Korea Selatan yang sehat jasmani ikut dalam wajib militer dan menjadi bagian besar dari 600.000 tentara yang aktif bertugas. Ada kekhawatiran bahwa para anggota baru menjadi lebih manja serta lembek. Mereka dikhawatirkan pula akan lebih susah menyesuaikan diri untuk kehidupan militer.
Sementara itu, kawasan pencarian sang serdadu tersebut dinyatakan terlarang untuk keluar-masuk. Termasuk pangkalan-pangkalan jaga sepanjang perbatasan Daerah Tanpa Militer (DMZ) selebar 4 kilometer yang menjadi penyangga dua Korea itu sejak berakhirnya Perang Korea tahun 1950-53.
Secara teknis, dua Korea masih dalam keadaan berperang karena sengketa itu berakhir tanpa suatu perjanjian damai dan perbatasan dua negara dianggap sebagai suatu titik panas yang paling berbahaya sedunia. (Ans)
Advertisement