Sukses

Penasaran Seperti Apa Bentuk Mimpi Kaum Tuna Netra?

Bagaimana mungkin kaum tuna netra sejak lahir mendapatkan konsep gambar benda di luar sana kalau mereka tidak pernah melihatnya?

Liputan6.com, Kopenhagen - Kalau orang tidak pernah bisa melihat, gambar-gambar apakah yang mereka bawa dalam mimpi-mimpi mereka? Bagaimana mungkin kaum tuna netra sejak lahir mendapatkan konsep gambar benda di luar sana kalau mereka tidak pernah melihatnya?

Ini jawaban singkatnya sebagaimana dikutip dari Aol.com. Suatu penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Medicine berfokus kepada mimpi orang buta. Untuk orang yang tidak buta, kebanyakan mimpi adalah kegiatan visual: orang mengingat gambar. Tapi jika seseorang tidak memiliki indra penglihatan, informasi sensori yang lain—yakni informasi yang sangat diandalkan—mengambil alih.

Para peneliti melakukan telaah atas sejumlah kelompok orang yang buta sejak lahir, mereka yang buta belakangan, dan mereka yang dapat melihat.

Segera sesudah bermimpi, mereka ditanyai tentang pengalaman-pengalaman sensori mereka: apa yang dilihat, apa yang dirasa. Demikian juga dengan perasaan emosi mereka dalam mimpi tersebut. Mereka juga ditanyai tentang tema-tema, seperti ‘jatuh’ atau kemampuan terbang.

Di antara responden yang buta, kebanyakan isi mimpi mereka berkaitan dengan hal-hal yang mereka dengar. Sebanyak 86% peserta mengalami suara dan ucapan, dibandingkan dengan angka 64% pada mereka yang dapat melihat.

Para peneliti pada dasarnya mengatakan bahwa lebih panjangnya masa seseorang dapat melihat dalam hidup mereka, lebih banyaklah isi visual dalam mimpi mereka.

Kaum tuna netra juga mengalami lebih banyak rasa sentuhan dalam mimpi mereka, yakni 70% dibandingkan dengan 45% pada mereka yang dapat melihat. Mereka yang buta juga lebih sering mengecap dan membaui daripada mereka yang dapat melihat.

Berdasarkan isi emosianal dan tema, semua kelompok melaporkan hasil yang serupa, tapi mereka yang tidak pernah bisa melihat sama sekali ternyata jauh lebih sering mengalami mimpi buruk, yaitu sekitar empat kali lebih sering mengalami mimpi buruk dibandingkan dengan mereka yang buta belakangan atau yang dapat melihat.

Bagaimanakah seseorang yang tidak pernah bisa melihat memiliki lebih banyak mimpi buruk dibandingkan yang lainnya? Para ilmuwan tidak terlalu yakin, tapi mereka memiliki teori mengenai hal ini.

Mimpi buruk adalah cara otak kita memproses dan menghadapi ancaman-ancaman terhadap keamanan kita, jadi tidaklah mengherankan ketika kaum tuna netra lebih sering bermimpi buruk, misalnya mimpi tertabrak mobil, mimpi tersesat, atau mimpi kehilangan anjing penuntun.

Secara umum, belum jelas apakah ini berarti bahwa kaum tuna netra mengalami lebih banyak ketakutan dalam hidup mereka. (Ein)