Liputan6.com, Tripoli - Rakyat Libya menggelar pemilihan umum (pemilu) pada hari Rabu ini. Langkah itu diambil guna mengakhiri anarki yang melanda negara itu, sejak penggulingan rezim Moamar Khadafi pada tahun 2011.
Dikutip dari BBC, Rabu (25/6/2014), 200 kursi parleman akan diperebutkan dalam jajak pendapat kedua sejak penggulingan mantan rezim sang diktator yang tewas di tangan rakyatnya.
PBB menggambarkan gelaran itu, sebagai langkah penting dalam transisi Libya terhadap pemerintahan demokratis yang stabil.
Advertisement
Lebih dari 1,5 juta pemilih telah terdaftar untuk pemilu itu, sementara pemilu pertama Libya pada tahun 2012 ada 2,8 juta yang terdaftar.
Hampir 2.000 calon bersaing untuk memperebutkan kursi di parlemen baru, sebagai Dewan Perwakilan Rakyat.
Partai-partai sekuler yang memenangkan pemilu tahun 2012 tahun ini tak lagi terlihat. Mereka tidak ada dalam daftar. Jadi, kandidat memperebutkan kursi parlemen sebagai individu, bukan melalui partai.
Parlemen baru akan menggantikan Kongres Nasional Umum, -- lembaga penuh dengan kontroversi, kebuntuan politik dan perang ideologi yang telah berkobar sejak pemilu bersejarah hampir 2 tahun yang lalu.
Meskipun banyak warga Libya waspada terhadap politik sejak saat itu, mereka belum menyerah pada demokrasi. "Kami akan terus menggelar voting sampai mendapatkan orang yang tepat," ucap salah satu calon pemilih.
Pemilu ini dipandang sebagai sebuah awal baru bagi masyarakat Libya.
Pemilihan itu sebenarnya telah disebut-sebut bulan lalu, di tengah pemerintah mengklaim ada seorang jenderal pemberontak yang sedang merencanakan kudeta.
Merasa dituduh, Jenderal Khalifa Haftar pun membantahnya, tapi ia melancarkan serangan militer terhadap milisi Islam yang ia anggap telah menuduhnya. Setidaknya 70 orang tewas dalam pertempuran. Sejumlah pria bersenjata juga menyerbu gedung parlemen di Tripoli. (Sss)