Liputan6.com, Sydney - Apa yang sesungguhnya terjadi pada pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 yang celaka 8 Maret 2014 lalu, masih diselubungi misteri. Namun, satu demi satu petunjuk berhasil dikuak.
Salah satunya, Boeing 777-200ER yang melenceng dari rute awalnya, Kuala Lumpur-Beijing, diyakini terbang dalam kondisi autopilot sebelum jatuh menghujam ke laut, lalu tenggelam di suatu titik di dasar Samudera Hindia.
Baca Juga
Deputi Perdana Menteri Australia, Warren Truss mengatakan bahwa "sangat, sangat mungkin Malaysia Airlines yang hilang dalam kondisi autopilot saat jatuh di selatan Samudera Hindia pada 8 Maret 2014," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Jumat (27/6/2014). "Itu menjadi misteri terbesar dalam sejarah penerbangan dunia."
Advertisement
Mengapa kapal terbang yang membawa 239 orang di dalamnya dikendalikan mesin? Mungkin, awak pesawat mengalami kekurangan oksigen atau hipoksia. Namun, para penyelidik meyakini, ada seseorang di kokpit yang menyalakan sistem autopilot.
Pengungkapan bahwa autopilot diaktifkan menerbitkan curiga, jangan-jangan hilangnya MH370 disengaja dan bagian dari plot, entah oleh kapten atau kopilot. Soal siapa yang mungkin melakukannya, masih disimpan rapat-rapat oleh penyelidik.
Selain bahwa MH370 terbang secara autopilot sebelum menuju kehancuran, pesawat yang hilang itu juga diduga tercebur ke lautan, jauh lebih ke selatan dari titik pencarian saat ini.
Pimpinan Biro Keselamatan Transportasi Australia, Martin Dolan menjelaskan bahwa kemungkinan terbesar MH370 terbang lurus, seperti laiknya diterbangkan dalam kondisi autopilot.
"Sudah jadi pengetahuan umum bahwa operasi autopilot adalah hasil dari tindakan manusia," kata dia. Yang membuat sistem itu bekerja."
Laporan baru-baru ini menyebut Kapten Zaharie Shah menjadi fokus investigasi khusus yang dilakukan di Malaysia, setelah seluruh penumpang dinyatakan bersih dari motif mencurigakan.
Sejauh ini, aparat belum bisa memperkirakan apalagi menentukan di mana persisnya autopilot dihidupkan. Meski demikian, mereka yakin Boeing 777-200ER itu dioperasikan secara autopilot dari busur pertama -- sesaat setelah MH370 berbelok ke selatan melewati ujung Pulau Sumatera -- hingga busur ketujuh di selatan Hindia Belanda.
Sejumlah ahli satelit bergabung untuk menelaah segala informasi yang ada, hingga menentukan zona pencarian yang mencapai ukuran lebih dari 60 ribu kilometer persegi di sepanjang busur di Samudera Hindia.
Deputi Perdana Menteri Australia, Warren Truss mengatakan, area pencarian yang akan diprioritaskan masih fokus pada busur ketujuh -- di mana pesawat kali terakhir berkomunikasi dengan satelit Inmarsat. Bedanya, tim akan mencari lebih ke selatan.
Area baru tersebut berada di sekitar 1.800 kilometer sebelah barat Perth, di titik yang sebelumnya menjadi fokus pencarian udara. Namun, tak ditemukan puing apapun di sana.
Penerbangan MH370 hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada tanggal 8 Maret. Boeing 777-200 ER yang membawa 239 orang, diyakini telah menyimpang jauh dari jalur dan jatuh ke Samudera Hindia sebelah selatan. Namun, jejaknya tak ditemukan.
Sebuah survei batimetri -- atau pemetaan dasar laut -- akan terus dilakukan, diikuti oleh pencarian yang komprehensif di lantai samudera yang segera dimulai Agustus depan. Proses ini bisa memakan waktu hingga 12 bulan.
Semoga segera akan terjawab, pertanyaan kunci mengapa pesawat secara dramatis melenceng dari rute yang dijadwalkan -- dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Beijing --Â dan di mana tepatnya burung besi itu berakhir.
Sementara itu Perdana Menteri Malaysia Najib Razak telah mencopot Hishammuddin Hussein dari jabatan Menteri Transportasi. Ia akan kembali ke jabatan asalnya sebagai Menteri Pertahanan.
Selama ini Hishammuddin memimpin upaya pencarian internasional yang diganggu oleh informasi yang keliru, petunjuk yang salah, yang berdampak mahal.
Liow Tiong Lai,mantan menteri kesehatan dan pemimpin Asosiasi China Malaysia (MCA) didaulat untuk menggantikannya. (Tnt)