Sukses

Malaysia Tepis Isu Kekuatan Misterius di Balik Hilangnya MH370

Pemerintah Malaysia hanya akan mempercayai laporan terkait MH370 yang dikeluarkan Joint Agency Coordination Centre (JACC).

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Klaim penyelidik kecelakaan udara Australia yang menyebut, 'kekuatan misterius' terlibat dalam hilangnya pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 dibantah pihak negeri jiran. Menteri Pertahanan Hishammuddin Hussein mengatakan, klaim tersebut hanya spekulasi.

Dia menambahkan, Pemerintah Malaysia hanya akan mempercayai laporan terkait MH370 yang dikeluarkan oleh badan pusat koordinasi pencarian pesawat nahas itu atau Joint Agency Coordination Centre (JACC).

"Terkait sejumlah isu, kami punya panel ahli untuk memverifikasinya. Laporan tersebut bukan dari JACC... JACC adalah mitra pemerintah Malaysia terkait dengan China," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Borneo Post, Rabu (2/7/2014).

"Apapun, saya akan memperlakukan setiap informasi terbaru dengan cara yang sama seperti yang saya lakukan sebelumnya, biarlah itu diverifikasi oleh JACC. Sementara itu kami tak akan berhenti mencari kotak hitam dan informasi terbaru terkait penerbangan tersebut."

Pernyataan  Hishammuddin Hussein disampaikan setelah rapat kabinet yang diadakan khusus untuk membahas MH370. Menteri Transportasi yang baru ditunjuk,  Liow Tiong Lai juga ikut hadir.

Sebelumnya, dalam laporan 64 halaman yang dikeluarkan Biro Keselamatan Transportasi Australia atau Australian Transport Safety Bureau (ATSB) menyebut, MH370 mengalami pemadaman listrik misterius selama tahap awal penerbangannya. Para ahli yakin, itu bisa jadi bagian dari upaya menghindari deteksi radar.

Berdasarkan laporan, unit data satelit pesawat melakukan permintaan 'log-on' yang tak terduga ke satelit, kurang dari 90 menit setelah lepas landas dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Beijing, China. Disebutkan bahwa permintaan 'log-on' yang diketahui sebagai 'handshake' atau jabat tangan diduga disebabkan oleh gangguan daya listrik di dalam pesawat.

"Permintaan 'log-on' di tengah penerbangan adalah hal yang tak biasa," demikian diungkap laporan ATSB seperti Liputan6.com kutip dari Telegraph.

David Gleave, ahli keselamatan penerbangan dari Loughborough University menduga, gangguan pada power supply adalah hasil dari tindakan seseorang di kokpit yang berusaha meminimalisasi penggunaan sistem pesawat. Aksi tersebut, dia menambahkan, konsisten dengan usaha mematikan sistem komunikasi pesawat dan pengaturan lainnya dalam upaya menghindari deteksi radar.

"Seseorang bisa jadi 'main-main' di kokpit yang mengakibatkan gangguan data," kata dia. "Ini bisa menjadi tindakan yang disengaja untuk menonaktifkan kedua mesin selama beberapa waktu. Dengan mengotak-atik kokpit, Anda bisa mematikan daya sementara dan menghidupkannya lagi ketika membutuhkan sistem lain untuk menerbangkan pesawat."

Kegagalan dalam suplai listrik diduga terjadi saat MH370 terbang di utara Pulau Sumatera, Indonesia. Kala itu, pesawat sudah melenceng dari rute awalnya, namun belum mengarahkan moncongnya ke Samudera Hindia.

Pesawat kembali melakukan permintaan log-on 6 jam kemudian, yang diduga menjadi 'handshake' atau jabat tangan ketujuh yang diyakini disebabkan habisnya bahan bakar dan rusaknya aliran listrik, sebelum jatuh di suatu titik di Samudera Hindia. Lima 'handshake' lainnya yang ditangkap satelit berbasis tanah tidak dianggap luar biasa.

Ketika ditanya apakah gangguan listrik bisa disebabkan oleh kesalahan mekanis, Gleave menjawab, bisa jadi. "Ada kegagalan mekanik kredibel yang bisa menyebabkannya. Tapi (normalnya) Anda tak lantas terbang ratusan mil dan kemudian menghilang di Samudera Hindia."

Ahli penerbangan yang lain, Peter Marosszeky dari University of New South Wales setuju dengan pendapat ahli sebelumnya, bahwa gangguan daya bisa disebabkan seseorang dalam penerbangan. Dia mengatakan, gangguan tersebut tidak akan menyebabkan kegagalan daya keseluruhan, namun diduga menjadi upaya 'sadar' untuk menghilangkan daya dari sistem tertentu di pesawat yang dipilih oknum tersebut.

"Mematikan sistem tertentu dalam pesawat adalah upaya yang disengaja," kata dia. "Pesawat punya sistem backup. Setiap bentuk gangguan listrik selalu didukung oleh sistem lain.

Marosszeky menambahkan, "Orang itu tahu persis apa yang dilakukannya. Itu mungkin tindakan yang disengaja untuk membajak atau menyabotase pesawat." Namun siapa yang diduga menjadi otak nasib nahas MH370 masih misteri.

Laporan ATSB juga memuat indikasi, MH370 terbang dengan sistem autopilot sebelum jatuh ke Samudera Hindia, adanya faktor manusia yang menyerahkan kendali pada mesin, 239 penumpang dan awak kapal yang diduga tewas sebelum detik-detik terakhir, juga 4 titik yang diduga jadi tujuan Boeing 777-200 ER itu yakni Port Hedland, Adelaide, Perth, atau Cocos Island.