Liputan6.com, Pasadena - Lautan bawah permukaan di dalam bulan terbesar planet Saturnus, Titan, ditengarai sama rasa asinnya seperti badan air di bumi, demikian dilaporkan dalam beberapa penelitian. Demikianlah laporan yang dilansir dari SPACE.com 4 Juli 2014.
Data gravitasi yang dikumpulkan pesawat angkasa Cassini milik NASA menunjukkan bahwa lautan Titan memiliki kepadatan yang luar biasa. Air bergaram memiliki kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air tawar karena keberadaan garam menambah besaran massa untuk jumlah air yang sama.
Baca Juga
Para peneliti menduga lautan itu bisa sama asinnya dengan Laut Mati di Israel dan Yordania, yang mengandung konsentrasi tinggi larutan garam yang terbuat dari sulfur, sodium dan potasium.
Advertisement
"Kalau dipandang dengan standar bumi, lautan ini amat sangat asin," ujar pemimpin penulisan penelitian ini, Giuseppe Mitri dari Universitas Nantes di Prancis dalam suatu pernyataan.
"Pengetahuan akan hal ini bisa saja mengubah cara pandang kita atas lautan ini sebagai kemungkinan pendukung kehidupan masa kini, namun keadaan-keadaan di sana mungkin sangat berbeda di masa lalu."
Kepadatan rata-rata kandungan garam di lautan-lautan bumi adalah sekitar 3,5%, namun bagian-bagian tertentu di Laut Mati memiliki kandungan hingga 40%.
Titan diselimuti cangkang es, namun di bawah permukaannya para ilmuwan yakin ada lautan air dalam wujud cair yang sama asinnya dengan Laut Mati.
Cassini mengumpulkan data gravitasi dan topografi selagi terbang melintas di atas Titan selama 10 tahun terakhir ini sehingga memungkinkan para peneliti menciptakan model baru struktur cangkang es terluar di bulan itu.
Model baru itu menunjukkan bahwa ketebalan lempeng es itu beragam di sekujur permukaan bulan. Ini berarti bahwa lautan di bawahnya kemungkinan juga dalam proses pembekuan.
Jika lautan itu membeku, berkuranglah kemungkinan bagi lautan itu untuk mendukung kehidupan, karena pembekuan membatasi pertukaran zat antara air dan permukaan, kata para peneliti.
Data yang baru juga memberikan sejumlah pengertian akan atmosfer unik di Titan, yang mengandung 5% methan secara merata. Masih banyak pertanyaan tentang bagaimana Titan mengikat methan di atmosernya karena sinar matahari dengan cepat mengurai gas itu.
Para peneliti yakin ada suatu proses alamiah yang membentuk siklus methan hingga ke atmosfer. Dari sana, gas itu turun lagi ke permukaan sebagai hujan methan, serupa dengan siklus air di bumi.
Karena sebgian besar permukaan Titan membeku, para peneliti memperkirakan penguapan methan ke atmosfer seharusnya berasal dari beberapa "titik panas" yang tersebar di beberapa tempat.
Misi Cassini yang senilai $3,2 miliar ini diluncurkan di tahun 1997 dan tiba di orbit di sekitar Saturnus di tahun 2004. Misi tersebut juga menurunkan peraba bernama Huygens ke permukaan Titan di tahun 2005.
Penelitian baru ini aslinya diterbitkan pada tanggal 1 Juli alam jurnal Icarus. (Ein)